Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Menyantap Buah Macang Tak Membatalkan Puasa? Kisahnya Ada di Sini

25 Mei 2019   23:25 Diperbarui: 26 Mei 2019   04:29 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu dari sekian banyak buah-buahan kampung yang saya sukai adalah buah bacang. Warga setempat menyebutnya macang. Supaya ada aroma kampungnya, di sini saya sebut saja macang.  Tumbuhan ini berkerabat dengan mangga. Pohon, daun, buah, rasa, dan wanginya, beda-beda tipis dengan buah mangga. Tetapi daging buahnya agak kasar dibanding mangga. Harganya pun lebih murah. Namanya saja buahan kampung.

Berdasarkan penelitian, dalam setiap 100 gram buah bacang yang dikonsumsi sebanyak 65 %, memiliki kandungan energi sebesar 98 kilokalori, protein 1.4 gram, karbohidrat 25.4 gram, lemak 0.2 gram, kalsium 21 miligram, fosfor 15 miligram, dan zat besi 0 miligram. Selain itu di dalam buah bacang juga terkandung vitamin A sebanyak 1218 IU, vitamin B1 0.03 miligram dan vitamin C 56 miligram. (sumber)

Rasanya yang asam-asam manis, membuat buah ini banyak disukai. Khususnya di kalangan anak-anak. Semasa saya Sekolah Rakyat dahulu, jika macang lagi musim, jajanan pertama saya setiap hari pekan adalah buah macang.

Cara mengonsumsinya pun unik. Buah macang matang dimemarkan dengan cara diketok-ketok pada batu atau pohon sampai lembut dan daging buahnya mencair. Barangkali seperti jus. Kemudian bagian tampuknya dilobangi. Terus dihisap seperti anak bayi ngedot.

Setelah sari buahnya diserumput sampai kering, kulitnya dibuang. Sesapan berlanjut pada serat/sabut yang lengket pada bijinya. Wow ..., sedap ...!

Sumber ilustrasi : bibliotika.com
Sumber ilustrasi : bibliotika.com
Karena asyiknya, tanpa sadar entah berapa banyak daki tangan ikut tertelan. Plus ingus yang berleleran. Saking nikmatnya syukur tidak pingsan. He he...

Jika kebetulan lagi musim, bulan puasa pun buah macang menjadi camilan spesial bagi saya. Tetapi Emak membatasi menyantapnya saat berbuka. Kata beliau bisa berakibat sakit perut. Kecuali setelah makan nasi.

Perlu diingat! Sebelun di kupas atau dimemarkan, pastikan buah macang steril dari getahnya. Sebab, jika getahnya nempel di kulit akan terasa gatal, panas, dan melepuh seperti terbakar. Apalagi kalau sempat berlopotan pada sekitar mulut.

Pohon macang ini  tumbuh tidak pilih-pilih lahan. Di belakang rumah, di kebun, atau di pinggir sawah. Empunya tetap si tuan tanah.

Tetapi tradisi di kampung saya, siapa  pun bebas mengambil buahnya  yang rontok ke tanah,  bukan sengaja  dipanen  dari pohonnya.

"Buah Macang, rasanya yang asam-asam manis, membuat buah ini banyak disukai ---khususnya di kalangan anak-anak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun