Sehari sebelum pencoblosan, pesawat televisi saya tiba-tiba  ngambek. Pukul sana ketok sini tidak merespon. Saya dan cowok gantengku kesal akut. Kenapa tidak. Benda ini adalah satu-satunya teman setia  yang mengantarkan informasi  sepanjang hari. Menyaksikan para politisi bermanuver cerdik, menikmati Liga Dangndut Indosiar, dan acara lainnya mengantar kantuk sebelum tidur.
Kabar mendebarkan yang paling ditunggu-tunggu  adalah info terkini  tentang pemilu. Khususnya  hasil hitungan quick qount  pilpres 2019 yang akan tayang  Rabu 17 April pukul 15.00 besoknya.
Usai mencoblos, Â saya dan si ganteng langsung memboyongnya ke bengkel elektronik kota Sungai Penuh. Kurang dari setengah jam diutak-atik, barang jadul itu terbangun dari komanya.Â
Sebelum kami meninggalkan te ka pe, si ganteng dan pemilik bengkel Sinar Teknik itu sempat berbagi cerita. Temanya seputar kondisi di TPS dia mencoblos. Ternyata keduanya sama-sama berbakat sebagai pengamat politik kaki lima.
Obrolan mereka semakin nyambung setelah keduanya mengaku  sama-sama mengidolakan capres-cawapres nomor 01.
Tanpa ditanya pria 55 tahun itu membeberkan alasan dirinya menjatuhkan pilihan pada pasangan tersebut. "Biaya kuliah anak-anak saya terbantu dengan program Bidik Misi. Pelayanan di  birokrat ramah,mudah, tanpa mengeluarkan biaya satu sen pun. Beda dengan sebelumnya. Kalau tak ada orang dalam, berurusan di kantoran berbelit-belit. Pengangkatan CPNS gratis tak perlu nyogok ratusan juta seperti  zaman pemerintah terdahulu. Harga bahan pokok stabil. Pokoknya, pemerintah sekarang  lumayan bagus. Meskipun masih perlu pembenahan," paparnya.
Pujian si kakek pun tak kalah serunya untuk sang kepala negara. Sesekali saya ikut membumbui.
Kicauannya merembet ke permainan caleg DPRD kabupaten/kota. "Kayaknya, jual beli suara amat sulit dihindari. Pak. Tiga hari terakhir, pasar ini lebih ramai daripada biasanya. Seperti menyambut bulan puasa."
"Kok bisa begitu?" tukas si ganteng.
"Mungkin para caleg mulai "nyiram" (mengguyur pakai duit)  3 hari sebelum hari H-nya. Mereka tak lagi menggunakan model serangan  fajar. Sebab, malam sebelum pencoblosan, gerak-gerik para kandidat diawasi oleh petugas."
Tema bahasan mereka menggugah naluri kepenulisan saya. Sayangnya  saya lupa menanyakan bentuk pengawasannya seperti apa, oleh petugas dari mana.
Ingatan saya tersambung ke cerita tetangga sebelah tadi pagi. Dia pedagang ayam potong di pasar-pasar  tradisional.  Menurutnya, 3 hari terakhir omsetnya  mengalami peningkatan yang signifikan. "Biasanya rata-rata pelanggan belanja ayam cuman setengah kilo. Bahkan ada yang seperempat. Sekarang minimal satu kilo," bebernya.
Perut mulai keroncongan. Saya mengerdip ke si ganteng.
Sepanjang jalan ke rumah makan, hati kecil saya membenarkan pernyataan tukang servis TV barusan. Kalau tak ada peristiwa luar biasa, mustahil daya beli masyarakat melonjak  tiba-tiba. Apa mungkin, Bumi Sakti Alam Kerinci ini merekah sesaat, lalu memuntahkan duit ribuan triliun rupiah. He he. Tidak mungkinlah ya.
Saya menduga, kondisi ini memang terkait dengan sedekah bersyarat oknum caleg berdompet tebal. Efeknya, peredaran uang meningkat tajam. Percaya atau tidak terserah Anda. Kalau saya malah haqqul yakin.
****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H