Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Andai Neno Warisman Jadi Menteri pun, Emak-emak Ini Belum Tentu Dapat Untung

28 Februari 2019   22:45 Diperbarui: 1 Maret 2019   08:27 4488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : tirto.id

Belum reda pro kontra terhadap puisi doa yang dibacakan Neno Warisman pada acara munajad 212 di Monas, Kamis malam 21/2/2019 yang lalu, netizen kembali dihebohkan oleh ditangkapnya tiga relawan anggota Partai Emak-Emak Pendukung Praboowo-Sandi (PEPES). Ketiganya diciduk Minggu (24/2/2019) di wilayah Karawang. 

Peristiwa tersebut terkait dengan beredarnya video sosialisasi pilpres oleh dua perempuan. Diduga tindakan itu mengarah ke kampanye hitam terhadap capres cawapres 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Dalam video itu, saat berkampanye perempuan tersebut berbicara dalam bahasa Sunda. Warga diberi penjelasan, Jika Jokowi-Ma'ruf menang pilpres, "Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tieung. Awewe jeung awene meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin," kata perempuan di video yang viral tersebut.

Kalau diterjemahkan, ajakan itu berarti: "Suara azan di masjid akan dilarang, tidak akan ada lagi yang memakai hijab. Perempuan sama perempuan boleh kawin, laki-laki sama laki-laki boleh kawin." Selengkapnya lihat di sini!

Tanpa bermaksud merendahkan, saya yakin ketiga emak-emak itu adalah perempuan lugu yang tidak mengerti apa-apa tentang politik. Hanya dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk kepentingan pribadi atau kelompok yang tidak bertanggung jawab. 

Belum tentu juga mereka dibiayai. Paling-paling, dijanjikan imbalan surga apabila mereka andil dalam menghabisi Jokowi. Dengan alasan seperti yang mereka kampanyekan. Andai mereka arif, bijak, dan cerdas pikir, tak akan berani menyebarkan fitnah sekeji itu. Muslimah mana yang tidak takut dosa. 

Kini, emak-emak enerjik itu resmi menjadi tersangka. Ketiganya ditahan di Mapolres Karawang, Jawa Barat. Jika sudah berurusan dengan hukum, harus bagaimana lagi. Yang sengsara bukan saja mereka yang menjalani. Suami, anak, dan keluarga pasti terbebani. Jangan-jangan yang bersangkutan lemah pula di segi ekonomi. Semoga mereka menyadari bahwa kaum lemah pikir adalah makanan empuk orang pintar.

Emak-emak yang diduga melakukan kempanye hitam. Foto : kumparan.com
Emak-emak yang diduga melakukan kempanye hitam. Foto : kumparan.com
Walaupun Badan Pengawasan Pemilu Kabupaten Karawang telah menghentikan penyelidikan atas kasus tersebut, dengan alasan tidak terpenuhi syarat formil dan materil, tetapi mereka bisa dikenakan pasal lain.

Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi Ma'ruf Amin Usman Kansong mengatakan, dari sisi pidana polisi melihat yang berbeda. Polisi pasti melihatnya ada unsur pidana. Video itu sudah masuk kategori ujaran kebencian dan penyebaran informasi bohong. Dengan demikian, kasus ini bisa ditindak secara pidana. Untuk jelasnya, silakan klik di sini.

Sebenarnya hal begini tidak perlu terjadi. Jika semua pihak menyadari porsi diri masing-masing. Kalau merasa diri buta politik, lebih baik tidak ikutan berpolitik. Jalani saja kehidupan sesuai genre masing-masing. Yang terlahir dengan genre politik silakan berkecimpung di bidang politik dengan cara santun. Yang bergenre hukum jadilah hakim yang jujur dan adil. Begitu seterusnya.

Jika elit-elit politik mati-matian untuk memenangkan paslon tertentu, tujuannya memang jelas. Ada ambisi pribadi yang mereka incar. Katakanlah sekelas Neno Warisman.

Boleh jadi kelak jika Prabowo-Sandi memenangkan pilpres dia akan diangkat menjadi menteri. Saya dapat apa? Ini yang tidak terpikir oleh tiga emak-emak Karawang ini. Malahan aksinya seperti bunuh diri.

Pengalaman saya pada pilkada tahun 2013. Karena tingginya harapan untuk perubahan desa ke arah lebih baik, saya dan teman-teman satu RT kompak memilih calbup tertentu.

Menyatakan dukungan resmi memang tidak. Hanya berdasarkan sejumlah pertimbangan. Di antaranyanya, si kandidat berpengalaman jadi pemimpin, pendidikannya tinggi dibanding petahana, seorang dosen, diharapkan tidak sukuisme tersebab dia lama berdomisili di luar daerah, dan segudang kelebihan lainnya.

Setelah menang, jangankan mengenal saya, disapa saja dia cuek. Padahal saya dan dia hanya berjarak kurang lebih 2 meter. Niat saya minta foto untuk mendukung salah satu artikel di kompasiana. Saya malu tingkat dewa. Pernahkah dia berkunjung ke desa saya seperti musim PDKT dahulu? Mak ..., Jauh panggang dari api.

Peristiwa lain, pasca pilkada tahun 2018. Seorang lelawan tetangga saya, berjalan kaki menempuh rute 4 kilometer dari desa T menuju kediaman kandidat pujaannya di desa K. Tahu-tahu tubuhnya ditemukan tergeletak tidak bernyawa. Lokasinya kira-kira separuh jarak dari desa T dan desa K. Diduga pria 40 tahun itu korban tabrak lari. Apa reaksi kandidat? Harap maklum. Karena dia kalah dalam pertarungan.

Dari dua ilustrasi di atas semakin jelas, gambaran kondisi sebelum dan sesudah pemilu. Apa pun jenis pemilunya. Legislatif atau kepala daerah. Apalagi pemilihan presiden yang berada jauh di ibu kota. Pemenangnya duduk di singasana berlapis emas. (mohon maaf sedikit lebay). Sementara pemilihnya, makan cari sendiri, ngantuk tidur sendiri, ke sawah sendiri, ke kebun pun sendiri.

Mengidolakan tokoh favorit, bukan sesuatu yang haram. Asal jangan berlebihan.

Seiring dengan tragedi emak-emak Karawang ini, netizen juga dibuat heboh oleh kasus lain. Seorang driver Grab Car tega menurunkan penumpangnya di tengah jalan. Pasalnya, penumpang tersebut menggunakan atribut pendukung pasangan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin. Terakhir diketahui pengemudi itu pendukung paslon 02 Prabowo-Sandi.

Konsekuensinya, Grab Indonesia menonaktifkan kemitraan pengemudi tersebut dari platform mereka. Sumbernya ada di sini. Dalam perkara ini siapa yang dirugikan? Adakah Kandidat 02 peduli terhadap nasib sang driver? Allahualam bish shawab.

Berikut video dugaan kampanye hitam:

Simpulan 

Peduli terhadap negara tidak harus melibatkan diri dalam dunia politik. Orang awam seperti kita-kita, menjadi warga yang baik saja  sudah merupakan wujud kepedulian terhadap negeri ini. Laksanakan kewajiban sesuai tupoksi masing-masing. 

Tugas isteri mengurus rumah tangga dan suami, mendidik anak-anak dengan baik. Kewajiban suami menafkahi keluarga. (Mohon maaf bagi yang tidak sependapat dengan saya).

Bukan berarti tak boleh tahu tentang politik. Agar tidak tersesat dalam menjatuhkan pilihan, warga negara harus melek politik. Untuk memilih pemimpin yang amanah perlu kejelian. Bagaimana sepak terjang, pengalaman, dan rekam jejak calon yang akan kita pilih. Dari mana kita tahu? Ya, dari lensa politik.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun