Berikut cuplikan bait terakhirnya.
Aku perempuan yang memenuhi panggilan ibu pertiwi
Aku perempuan, aku tidak surut demi kecintaanku kepada negeri
Untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia
Aku dan tujuh puluh enam ribu jajaran Kemenkeu, adalah KAMI.
KAMI TIDAK PERNAH LELAH MENCINTAI DAN MEMBANGUN INDONESIA.
Bagaimana engkau?
#KemenkeuProfesional"
Renungkan baris penutupnya! Adakah kalimat yang lebih tajam daripada. "Bagaimana engkau?". Puisi ini sempat viral di media sosial, tetapi belum sepopuler "Doa yang Tertukar". Tiada pula sebombastis puisi/doa perang badar yang dibacakan Neno Warisman.
Puisi karya Muhammad Romahurmuzy, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan, pun tak kalah tajam (versi saya). Puisi ini dia ciptakan untuk membalas puisi Fadli Zon "Doa yang Tertukar". Perhatikan kutipannya!
"Katanya bela ulama
Kyai paling sepuh pun kau nista
Dengan aneka meme dan cela
Katanya bela agama
Tapi kau halalkan semua
Tuk gelapkan siang sebelum waktunya
Katanya hasil ijtima'
Baca Qur'an pun kau hindari dengan berbagai cara
Jadi sebenarnya kau makhluk apa?
Editan atau manusia,"
(jambi.tribunnews.com/2019/02/23)
Mari kita pahami puisi di atas. Bahasanya lugas, tidak bertele-tele, Sasaran tembaknya pun jelas. Bahkan sudah mengena. Tetapi racunnya kurang berbisa. Lalu salahnya dimana?