Secara nasional namanya senduduk. Di tanah Batak harimonting atau harendong. Orang Sumatera Barat menyebutnya kaduduak. Mungkin di Pulau Jawa beda lagi. Ia tumbuh liar dalam semak belukar, di bawah sinar matahari yang cukup.Â
Pohonnya bercabang-cabang dengan tinggi mencapai 4 meter, bunganya ungu muda (ada juga yang putih). Buah mudanya mirip gelas. Setelah matang ia akan pecah, menampakkan daging buah berwarna ungu tua. Rasanya enak, manis, dan asyik dijadikan camilan ala anak kampung.
Tumbuhan perdu ini sering digunakan buat menyembuhkan berbagai penyakit. Seperti diare, berak darah, sariawan, dan lain sebagainya. Caranya, segenggam daun senduduk direbus dengan 2 gelas air sisa setengah gelas, lalu diminum. Untuk mengobati luka atau tergores, beberapa lembar daun mudanya dikunyah halus, tempelkan pada bagian tubuh yang luka.
Teksturnya yang kesat-kesat gurih, memberikan cita rasa khas yang tidak ditemui pada sayuran lain. Tidak hanya itu, rasanya yang asam, dapat menghilangkan bau amis pada ikan. Makanya, tumbuhan yang satu ini sangat cocok dipadukan dengan ikan  hiu atau pari. Pengolahannya pun tidak rumit.
- Â 250 gram ikan hiu atau pari segar, dipotong sesuai selera dan dicuci bersih
- Â 250 gram daun muda senduduk
- Â 800 ml santan dari 1/2 butir kelapaÂ
- Â 50 gram cabe digiling halus, campurkan sedikit garam.
Bumbu:Â
- Â seruas telunjuk jahe
- Â seruas kelingking kunyit
- Â 1/2 sendok teh garam, atau sesuai selera
- Â 1 siung bawang putih ukuran sedang
- Â 5 butir bawang merah ukuran sedang.
-  3 cm  serei dan 6X5 cm daun kunyit
Caranya:
Pertama, bersihkan daun senduduk dari tangkainya. Yang agak panjang dipotong dua. Masukkan ke dalam wadah. Bubuhkan 1/2 sendok teh garam dan 1/2 gelas air putih. Uli (remas-remas) sampai lembut. Terakhir, cuci bersih hingga air cuciannya bening, terus diperas sampai kering.