Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Menggelikan Tentang Lansia yang Belum Banyak Terungkap

27 Januari 2019   23:54 Diperbarui: 28 Januari 2019   00:16 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umumnya orang tua yang sudah sepuh, kelakuannya  seperti anak kecil. Hal ini adalah dampak dari kondisi, fungsi  fisik dan psikisnya sudah berkurang, terus kembali seperti masa kanak-kanak. Ini adalah qodrat Illahi yang tak bisa diganggu gugat.

Dalam Al-Quran Allah berfirman, "Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya, niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?"  (QS. Yaasiin : 68)

Berdasarkan pengalaman di lingkungan, dalam mengurus lansia banyak hal yang lucu menggelikan, tak jarang juga menjengkelkan. Terutama Nenek atau Kakek yang berusia di atas 70 tahun, tetapi kondisi tubuhnya masih sehat.  Ingin tahu ceritanya seperti apa? Ikuti ulasan berikut ini!

  • Semangat Kerjanya Masih Menyala

Ibu mertua saya meninggal usia 82 tahun. Dari muda sampai enam bulan sebelum kepergiannya, beliau tetap aktif bertani. Soal materi baginya sudah lebih dari cukup. Kalau dilarang sama anak-anaknya dia marah besar. Dikasih duit bukannya untuk belanja. Tetapi membayar buruh bekerja di kebun dan sawah.

Lain sang mertua, beda pula R kenalan suami saya. Kakek ini meninggal dua tahun yang lalu dalam usia 100 tahun lebih. Mendekati  tahun-tahun  kematiannya dia diserang buta permanen.  Tetapi setiap hari masih merumput di ladang. Alasannya biar tetap sehat dan enak makan.  Untungnya pulang dan perginya tak perlu diantar jemput. Sebab, lokasi kebun di sekitar rumahnya saja.  

  • Pikun 

Pikun bisa menyerang kapan saja. Tak harus menunggu seseorang itu sepuh atau menjelang ajal. Ciri umum penyakit ini adalah pelupa. 

Gejala ini telah menimpa saya beberapa tahun terakhir. Kebiasaan meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, merupakan bagian dari keseharian saya. Giliran butuh, dicari-cari tidak ketemu. Padahal semasa sekolah saya tidak bodoh-bodoh amat.

Cerita lucu tentang penyakit pikun ini dilakoni pula oleh ibunda teman saya. Katakan namanya H. Ketika saya bertandang ke rumahnya, Nenek 78 tahun ini sedang mengerjakan Salat Dhuhur. Saat  itu Jam pukul 10 pagi. Kiblatnya entah ke mana. Jumlah rakaatnya sesuka hati dia.  Saya tanyakan, kenapa tidak ditegor bahwa waktu Dzuhur belum masuk. Teman saya itu menjawab, "Dikasih tahu kita dimarahi, Bu.  Enaknya beliau tidak mau keluar rumah."

Lain Nenek H, beda pula Nenek R. Hobinya ngasih tau tetangga, kalau di rumah dia sering tidak dikasih makan. Sepengetahuan saya putra putrinya lumayan santun, dan mampu memenuhi semua kebutuhan ibunya.

Tetangga menuding  Nenek R tukang dusta. Saya berpikir, beliau bukan berbahong , melainkan  tak ingat lagi bahwa dirinya sudah makan. Saya beritahukan orang-orang di sekitarnya bahwa beliau ini bukan pembohong. Tetapi mengidap pikun.  Entah informasi saya diterima atau tidak. Yang penting  kebenaran  sudah saya sampaikan.

Awal tahun 2017 keluarga saya di kampung dibuat panik. Saudara laki-laki ayah saya usia 82 tahun menghilang dari rumah. Tiga hari kemudian diantar kenalannya pulang. Dia mengaku mau ke tempat saya. Arah yang seharusnya ke timur, melintasi punggung Bukit Barisan 4 jam naik mobil, dia justru ke barat jalan kaki pula. Saya tidak menyangka beliau pengidap pikun berat. Mengingat fisiknya segar bugar.

  • Sensitif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun