Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kota Jakarta di Mata Nenek "Ndeso"

19 Desember 2018   10:35 Diperbarui: 20 Desember 2018   08:28 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Kuala Lumpur, Kawasan Bukit Bintang (2017). Dokumen pribadi.

Sampai di dalam, ada pula permainan tertentu berbayar tambahan. Salah satunya, membuat pasport mainan  yang dibandrol angka Rp 85.000.

Anak-anak sedang Menikmati Peran sebagai Wartawan di Kidzania. Dokumen pribadi. .
Anak-anak sedang Menikmati Peran sebagai Wartawan di Kidzania. Dokumen pribadi. .
Celakanya, untuk masuk ke pos-pos permainan,  harus antre. Tunggu punya tunggu, baru menyelesaikan 4 permainan, waktunya habis. Pengunjung  yang masuk pada sesi  bersangkutan diperintahkan keluar. Petugas akan mengusir paksa  jika aturan tersebut diabaikan. "Mak ... kejamnya engkau hai orang kaya Jakarta." 

 Hati saya berbisik ngaur, "Salah sendiri bermental  konsumtif. Kenapa bukan kita yang menyediakan layanan. Biar dapat uang  banyak dan jadi melioner. He he ... Bukan menghamburkan duit menambah kayanya kaum kapitalis.  Atau main rumah-rumahan beratap daun pisang saja  kayak zaman  saya 60 tahun lalu. Nyalakan api menggunakan kayu bakar, pasang tungku dari batu, masak-masakan pakai tempurung  kelapa, tanah dan pasir sebagai berasnya. Main suntik-suntikan, sekolah-sekolahan dan aneka mainan lainnya juga bisa."

Ya, sudah. Nenek Ndeso seperti saya  cocoknya tinggal di kampung saja. Zaman sekarang mau beli-beli  semua ada. Toko-toko berseliweran di  setiap sudut  desa. Mulai toko pakaian, sampai ke bahan makanan. Yang penting punya  duit, infrastruktur bagus, internet standby 24 jam.

Kediaman saya hanya 14 kilometer dari ibukota Kabupaten. Tetapi saya lebih senang  belanja di desa. Harganya sama  bahkan ada yang lebih murah dibandingkan di kota. Ini dapat dimaklumi,  karena barang diantar langsung ke alamat oleh distributor. Pedagang pengecer tidak memikirkan kontrakan karena mereka berjualan di ruko sendiri. 

Salah satu Toko Grosir di Desa Simpang Empat Tanjung Tanah. Dokumen pribadi.
Salah satu Toko Grosir di Desa Simpang Empat Tanjung Tanah. Dokumen pribadi.
Itulah kesan saya terhadap kota Jakarta, yang tak terlupakan sepanjang masa.  Selamat tinggal Jakarta.  Biarkan aku memilikimu. Tanpa kehangatan dekapan tubuhmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun