"Iya. Mama bohong," sambung Doli.
"Saya minta Ibu menikahi bapak, untuk merawat beliau," kata Mia sambil membolak balik ikan di penggorengan. Wajahnya kurang enak di lihat. "Jika Ibu gak sanggup, kembalikan aja kepada kami." Suara Mia pelan merendah. Tapi nadanya menusuk.
"Ataghfirrullah, Mia." Suara Bu Sofie tercekat." Tanyakan sendiri kepada Bapakmu."
"Ntar selesai makan, bawa aja Bapak pulang! Saya dan Mas Penky gak kuat menahan napas. Pesing."
"Tuhan! Jadikanlah anakku orang yang ikhlas," gumam kakek pengidap prostat itu dalam hati. "Belum setahun kau menjual rumahku, menguasai uangnya." Â Air matanya meleleh. Â
Bu Sofie memapah suaminya keluar.
Di ruang tamu, Penky sibuk mengelap jok bekas duduk mertuanya menggunakan handuk basah.
Baru saja Pak Agus dan isterinya keluar pagar, terdengar suara gaduh di dapur.
Dola dan Doli berlari ke halaman sambil menangis. "Kek ...! Mama, Mama, Nek .... Jangan pulang ...!"
Bu Sofie dan Pak Agus kaget. Keduanya tertegun, "Mamamu kenapa?"
Dola dan Doli berteriak terus berteriak, "Liat Mama Kek ... Nek ...!"