Alhamdulillah, sampai sekarang saya boleh dikatakan bebas dari deraan maag. Tapi ada  syaratnya. Jauhi makanan terlalu  pedas seperti cabe rawit, jeruk nipis/lemon, cuka,  dan makanan asam lainnya.
Andaikan terlanjur makan rawit pedas, selesai makan langsung  minum segelas air putih ditambah setengah sendok teh gula pasir. Insyaallah lambung aman dari gangguan maag.Â
Untuk sayuran biasa, derebus saja dengan sedikit air tambah garam secukupnya. Jika pengen bikin sambal, tumis bawang merah,bawang putih, dengan dua sendok makan minyak goreng. Setelah harum, masukkan cabe giling, garam, dan tomat secukupnya.  Aduk rata. Tambahkan sebutir telur yang sudah dikocok, (boleh diganti teri goreng, atau terasi). Aduk lagi. Masukkan segenggam/seikat genjer yang sudah dicuci bersih. Terus ditutup. Kalau terlalu kering, tambahkan satu sendok makan air. Biarkan setengah  layu, baru diangkat.
Bagi yang tak suka pedas, ditumis saja dengan bawang merah, bawang putih, dan garam secukupnya.
Baru-baru ini saya menemui olahan baru. Jika kebetulan masak gulai ikan bersantan pedas, sisakan sedikit kuahnya. Masukkan sayur genjer yang sudah dicuci bersih. Lalu ditutup. Panaskan dengan api sedang sampai setengah matang. Sedaaaap banget.
Ohya, Â ada rahasia tambahan. Memasak sayur genjer enaknya setengah matang. Supaya cita rasa kegenjerannya tidak hilang. Penampilannya pun lebih menarik dengan warna hijau yang khas.
Di daerah saya pinggir danau Kerinci atau Kabupaten Kerinci umumnya, genjer tumbuh liar di sawah-sawah penduduk. Tiada aturan yang melarang bagi siapa yang mau memetik, untuk dijual atau dikonsumsi sendiri. Asalkan dipanen pada momen yang tepat. Artinya lahan dalam kondisi kosong  menjelang musim tanam tiba.
Lucunya, warga desa malah senang membeli daripada mencarinya sendiri. Yang beruntung pemetik sekaligus menjualnya. Saya sering menyaksikannya di Pasar Sore. Satu kresek genjer ludes dalam waktu kurang dari lima belas menit. Malahan karena berebutan ada calon konsumen yang tidak kebagian. Sang penjual melenggang pulang mengantongi uang Rp 60-80 ribu.Â
Sekarang genjer kian langka terdampak  penggunaan bahan kimia atau efek dari pertanian berteknologi canggih. Untuk memperolehnya, area yang dituju semakin jauh dari pemukiman penduduk.
Kita patut berbangga memiliki tanah air yang subur dan kaya raya. Terakhir, mari kita renungkan firman Allah, "Maka , nikmat Tuhan-mu  yang manakah yang engkau dustakan?" (QS Ar- Rahmaan: 13). Salam dari desa.