Saya ingin berbagi kisah lain. Tahun 2016, saya kehilangan Blackberry. Karena dikasih menantu HP Samsung, si hitam itu saya museumkan di lemari buku tidak terkunci. Untuk apa dikunci. Toh, penghuni rumah hanya saya dan suami.
Suatu hari saya menulis, dan memerlukan foto untuk merangsang pikiran. Ternyata BB tersebut sudah raib dari persemayamannya. Semua isi lemari buku, Â lemari pakaian, sampai lemari piring, sudah saya bongkar semua. Barang yang dicari tidak pernah ketemu. Saya panik. Banyak foto penting semasa saya di Inggris dulu terkoleksi di sana.
Dua bulan sebelumnya kami memang dapat kunjungan dari  keluarga. Anggota pasukannya lumayan rame. Siapa yang akan dituduh.
Peristiwa tersebut berlalu hampir 3 tahun. Tetapi, bila teringat BB tersebut saya masih juga kesal, dan merasa dizdolimi. Terlebih dikala butuh foto untuk mendukung tulisan yang berkaitan dengan kunjungan ke Inggris dahulu.  Intinya,  menurut saya kehilangan dokumen prbadi lebih menyakitkan  daripada kehilangan uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H