Sanak keluarga D hadir sebagai penengah. Maka diadakan musyawarah dalam keluarga. Diperoleh kesepakatan, ibunda tercintanya  mengizinkan D membawa pulang anak isterinya. Meski  garis keengganan  tertoreh di wajah  sang bunda.
Perjuangan si menantu belum berakhir. Namanya saja diterima atas dasar keterpaksaan. Beberapa bulan  kehidupan rumah tangganya terombang-ambing. Apa-apa yang dilakukannya sering menjadi bulan-bulanan tempat melemparkan kesalahan. Agaknya tidak elok saya menguraikannya terlalu mendetil. Takutnya terkesan ikut campur urusan rumah tangga orang.
Singkat cerita, selama menyatu dengan keluarga baru, hari ke hari isteri D menunjukkan kelebihannya yang  serba bisa. Khususnya bidang masak-memasak. Seperti orang desa umumnya, dia juga rajin dan pandai bekerja di sawah, membantu suaminya berjualan di warung , dan mengurus rumah tangga.Â
Berbeda dengan suaminya yang agak pemalas. Apalagi  urusan bertani. Mungkin seumur hidup D belum pernah memegang cangkul.  Maklum putra mantan pejabat pada zamannya.
Kasih sayang ibu mertuanya berbalik arah. Dahulu mencaci kini memuji. Sampai akhir hayatnya dia tinggal bersama D dan isterinya.
Perkawinan mereka dianugrahi  4 anak 2 cucu. Bayi yang dia bawa dari kampungnya dahulu, telah menikah dan punya anak satu. Suaminya terkategori pengusaha sukses kelas desa. Sayangnya, dikala cucu tercinta di puncak kejayaan, si nenek telah lama meninggal dunia.
Dilema menantu  idaman dan non idaman ini tidak hanya melanda emak-emak zaman old.  Belum lama ini teman lama saya hampir snewen, gara-gara anak lelakinya menikah diam-diam di rantau orang tanpa seizizn dirinya. "Puluhan kali dia nelepon, tidak saya angkat. Pokoknya, sampai kapan pun saya tak rela dia menikah dengan perempuan itu," curhatnya kepada saya.
Lebaran tahun lalu dia malah memuji-muji.  Wanita muda yang pernah dia tolak itu adalah  menantu yang paling santun, paling rajin, paling sabar, dan paling pengertian, di antara isteri anaknya yang lain.
Kasus lain tak kalah menariknya, seorang ibu yang lagi sibuk mencari calon jodoh buat putranya yang jauh di rantau. Tiba-tiba sang anak nelepon, "Hallo, Ma ..."
"Hallo," jawab yang disini .
Sunyi sejenak. Kemudian  "Hallo ...!" ulang Mama.