Mohon tunggu...
Nursini Rais
Nursini Rais Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tahun 1954.

Nenek 5 cucu, senang dipanggil Nenek. Menulis di usia senja sambil menunggu ajal menjemput.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kehangatan Bersama Keluarga Menghapus Derita Lama

15 Maret 2018   14:19 Diperbarui: 15 Maret 2018   16:13 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mumpung masih sehat dan kuat, selama semuanya berada di rumah, saya berupaya memanjakan selera mereka. Setelah setahun jenuh dengan rutinitasnya dan menu yang itu ke itu saja. Urusan dapur, saya tidak mengharapkan tenaga siapa-siapa. Paling bantu-bantu mencuci piring dan memotong sayur. Bagi saya, selama berkumpul bersama keluarga, bergelut dengan periuk dan kuali merupakan kepuasan  tersendiri. Terlebih saat menyaksikan mereka menyantap dengan lahapnya. Sehingga kerinduan untuk melayani anak-anak seperti masa dahulu terobati.

Puas berpesta pora di rumah, anak cucu minta pindah lokasi ke kebun. Makan bersama di pinggir sungai. Si kecil mandi berenang, menangkap anak ikan, dan membuat bendungan dari bebatuan. Mereka  senang tiada terkira  dan menolak diajak pulang.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Apabila lelah datang menyerang, tiduran di bawah pohon adalah pilihan yang paling menyenangkan bagi sang putri tunggal. Mungkin baginya, hembusan angin di sela dedaun,  menusuk sejuk ke tulang-belulang. Belum lagi  menikmati kicauan burung yang hinggap di ranting. Tanpa disadarinya, kantuk pun hanyut dibawa lelap.

Foto: Dokumen Pribadi
Foto: Dokumen Pribadi
Sebaliknya, ketika saya dan ayahnya berkunjung ke Jambi atau Bengkulu, mereka persis tahu maunya kami. Tiada lain kecuali urusan selera dan perut. Soal pakaian dan barang-barang, it's not. Layar kehidupan ini sudah tertutup untuk itu. Mereka sekeluarga menjamu kami  dengan kuliner  khas daerah setempat. Bukan di restoran mewah masakan moderen. Lidah kami kurang bersahabat dengan  rasa yang agak asing.  Di Bengkulu, ada bak so telor seukuran bola tenis. Lucu memang. Jauh-jauh dari desa hanya sekadar makan bak so. Tapi itulah kenyataannya. Khusus rumah makan, sesuai kegemaran ayahnya, mereka memilih tempat yang tersedia gulai kepala ikan laut sebesar piring.

Lain di Bengkulu, beda pula di Jambi yang terkenal dengan pempeknya.  Tanpa diminta, anak menantu sudah paham kalau makanan yang manis-manis pedas tersebut paling diincar ayah mereka. Dikemas  dalam beragam cita rasa dengan sebutan nama yang klasik. Ada pempek telor, kapal selam, pempek lenggang, dan lain sebagainya. Ada pula Pempek cerewet dan kelimpungan.  Getaran kenikmatannya lebih berasa apabila cuko atau kuahnya agak pedas.

Berkenaan dengan restoran,  di Jambi dan tempat saya  beda-beda tipis. Untuk memperoleh kesan dan kepuasan bervariasi,  sekali-sekali anak menantu memboyong kami  ke Kuala Tungkal mencari makanan bernuansa laut. Di sana kepiting dan  udangnya besar-besar. Nyaris tak pernah ditemui di tempat lain yang pernah saya kunjungi.  Kecuali di daerah pantai seperti Kuala Tungkal dan Bengkulu. Lagi-lagi gulai kepala ikan laut segar adalah pilihan spesial bagi ayah mereka. Gede ikannya, enak masakannya. Tanpa malu-malu, tangan anggota keluarga sibuk menggerayangi isi piring yang tersaji di meja, sesuai selera masing-masing. Saat seperti itulah sensasi kehangatan keluarga  tercipta secara alamiah. Kesulitan saya dalam mengasuh dan mendidik mereka dahulu pun seakan luluh. Inilah Rahmat Sang Pencipta yang tak mungkin saya ingkari.

Hal lain yang wajib saya  syukuri, derita yang pernah saya alami bersama orangtua dahulu, tidak terulang pada anak cucu saya. Pahit getirnya dalam membesarkan anak-anak pun bagi  keduanya tiada terlalu signifikan. Meskipun  suami isteri  bekerja di luar rumah. Kantong mereka mampu membayar Asisten Rumah Tangga.

***

Simpang Empat Danau Kerinci, 15032018

Penulis,

Hj. Nursini Rais

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun