Mumpung masih sehat dan kuat, selama semuanya berada di rumah, saya berupaya memanjakan selera mereka. Setelah setahun jenuh dengan rutinitasnya dan menu yang itu ke itu saja. Urusan dapur, saya tidak mengharapkan tenaga siapa-siapa. Paling bantu-bantu mencuci piring dan memotong sayur. Bagi saya, selama berkumpul bersama keluarga, bergelut dengan periuk dan kuali merupakan kepuasan  tersendiri. Terlebih saat menyaksikan mereka menyantap dengan lahapnya. Sehingga kerinduan untuk melayani anak-anak seperti masa dahulu terobati.
Puas berpesta pora di rumah, anak cucu minta pindah lokasi ke kebun. Makan bersama di pinggir sungai. Si kecil mandi berenang, menangkap anak ikan, dan membuat bendungan dari bebatuan. Mereka  senang tiada terkira  dan menolak diajak pulang.
Lain di Bengkulu, beda pula di Jambi yang terkenal dengan pempeknya.  Tanpa diminta, anak menantu sudah paham kalau makanan yang manis-manis pedas tersebut paling diincar ayah mereka. Dikemas  dalam beragam cita rasa dengan sebutan nama yang klasik. Ada pempek telor, kapal selam, pempek lenggang, dan lain sebagainya. Ada pula Pempek cerewet dan kelimpungan.  Getaran kenikmatannya lebih berasa apabila cuko atau kuahnya agak pedas.
Berkenaan dengan restoran,  di Jambi dan tempat saya  beda-beda tipis. Untuk memperoleh kesan dan kepuasan bervariasi,  sekali-sekali anak menantu memboyong kami  ke Kuala Tungkal mencari makanan bernuansa laut. Di sana kepiting dan  udangnya besar-besar. Nyaris tak pernah ditemui di tempat lain yang pernah saya kunjungi.  Kecuali di daerah pantai seperti Kuala Tungkal dan Bengkulu. Lagi-lagi gulai kepala ikan laut segar adalah pilihan spesial bagi ayah mereka. Gede ikannya, enak masakannya. Tanpa malu-malu, tangan anggota keluarga sibuk menggerayangi isi piring yang tersaji di meja, sesuai selera masing-masing. Saat seperti itulah sensasi kehangatan keluarga tercipta secara alamiah. Kesulitan saya dalam mengasuh dan mendidik mereka dahulu pun seakan luluh. Inilah Rahmat Sang Pencipta yang tak mungkin saya ingkari.
Hal lain yang wajib saya  syukuri, derita yang pernah saya alami bersama orangtua dahulu, tidak terulang pada anak cucu saya. Pahit getirnya dalam membesarkan anak-anak pun bagi  keduanya tiada terlalu signifikan. Meskipun  suami isteri  bekerja di luar rumah. Kantong mereka mampu membayar Asisten Rumah Tangga.
***
Simpang Empat Danau Kerinci, 15032018
Penulis,
Hj. Nursini Rais