Mohon tunggu...
Nursin R. Gusao
Nursin R. Gusao Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Sosial

Saya perempuan dan saya suka menjelajahi waktu

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kala Samo Menjadi Asa

3 Oktober 2023   21:29 Diperbarui: 3 Oktober 2023   23:47 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari semakin larut saya bersama Dar memutuskan keluar menghirup udara Kampung Samo yang masih asri, sambil berdiskusi dengan beberapa warga di teras rumah. 

Salah seorang perempuan sedang sibuk di dapur menanak air, tetiba hujan turun mendatangkan gigil. Kopi panas telah disediakan untuk kami. "Ini untuk keselamatan torang samua," sorot mata lelaki tua itu begitu teduh membuka wacana. Ini tempat pulang untuk torang samua tambahnya,  dengan mulut setengah berbusa lelaki tua disamping menambahkan cerita sejarah kampung desa Samo, "Selama tiga dekade tradisi menanam hilang dari torang punya kebiasaan yang dulu-dulu " ketahanan pangan warga Samo bergantung dari luar, kebiasaan menanam ditinggalkan warga sejak perusahan kayu PT. Barito masuk sejak tahun 1990-an. Sehingga upah yang mereka dapatkan hanya sekedar memenuhi kebutuhan dapur. Saya tidak lagi ingat kalimat mana yang menghampiri otak saya yang harus saya terima disaat banyak lahan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi hidup sehari-hari dan warga memilih membeli untuk bertahan hidup.

Malam turun makin larut diantara remang-remang dan desis jangrik yang bersahutan. Kembali memabawa saya meninggalkan pikiran tentang suasana kota yang pekik untuk kembali melintasi imajiner tentang kehidupan sesungguhnya di kampung. 

Saya membayangkan kita sudah tidak lagi mengenal hutan. Esok harinya disaat purnama menghilang dan berganti mentari, dari ruang yang menebar kepulan asap semua orang sibuk memapah saloi dan mengambil parang untuk ke kebun. Dari pagi hingga sore menjelang, puluhan warga terus bekerja dan kembali dari kebun. 

Menurut data dari Forest Watch Indonesia (FWI), hutan di Halmahera Selatan memang terus turun. Dari luas daratannya 859.115 hektar, maka pada tahun 2000, luas hutan alamnya adalah 677.165 hektar (78,8 persen luas daratan). Tujuh belas tahun kemudian, luas hutan hutan alamnya tinggal 519.987 hektar

Ketika suara-suara terus menggema, warga Samo 2 tahun terakhir kembali memulangkan kebiasan menanam. Baik itu tanaman pangan dan tahunan. "Dulu, kalau torang mo makan rica, tomat, deng sayur harus tunggu mas-mas dari trans bawa deng motor. Kalau dorang tara datang torang so tara makan rica" bahasa yang sama hampir dikatakan oleh warga setempat. Terdengar tabu, saat lahan yang dimiliki berpuluh hektar tapi tidak digunakan untuk menanam. 

Sekarang, sudah tidak lagi bisa kita bedakan mana penjual dan mana pembeli, hampir seluruh warga menanam untuk kebutuhan pokok. Suara anak kecil menggema dimana-mana "Rica, rica ,rica" berhasil membuat masyarakat hidup mandiri. Sementara praktek kemandirian pangan telah lama bertumbuh disini, Tete Mudin laki-laki paruh baya memilih tinggal di hutan untuk menjaga masa depan anak cucu. 

Kata Tete Mudin salah seorang tetua kampung Samo "Tanaman yang saya tanam biar saya pe anak sekalipun kalau dia minta harus bayar tara bisa gratis ambe" suara Tete Mudin mengepul ke langit-langit rumah beratap rumbia dan dari ujung-ujung sigaret ia melanjutkan, bahwa filosofi hidup menanam adalah melawan itu bukan sekedar makan hari-hari tapi untuk mengajarkan kita menghargai tanah dan seisinya sebagai kosmologi. Sementara matahari mulai turun ke barat, dingin mulai merambat dan saya belum ingin meninggalkan Samo begitu saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun