Bagi Anda penggemar musik metal dan melewati masa muda atau remaja di tahun 1980-an, pasti tidak asing dengan band Metallica dan Megadeth.Â
Kedua band yang berasal dari AS ini --bersama beberapa band metal seangkatan lainnya-- dianggap sebagai pelopor aliran thrash metal, yakni perkembangan dari aliran heavy metal dengan aransemen musik yang lebih keras dan cepat, serta dengan lirik lagu yang lebih tajam dan berisi.Â
Bagaimana kita menilai bagus-tidaknya sebuah band metal? Apakah semakin keras atau bising itu berarti semakin baik? Apakah penampilan yang semakin seram itu berarti semakin baik? Apakah tingkah laku personilnya yang semakin brutal dan sensasional --khususnya di atas panggung-- berarti semakin baik?Â
Lantas, dari kedua band di atas, siapa yang kiranya lebih bagus atau "lebih metal"? Well, sebelum menjawab semua pertanyaan ini, mungkin ada baiknya kita tinjau sekilas kedua band tersebut.
Metallica terbentuk di Los Angeles (AS) tahun 1981. Awalnya, band ini bernama The Young Of Metal Attack. Nama ini hanya bertahan beberapa bulan sebelum akhirnya Lars Ulrich, drummer dan pendiri band ini, menemukan nama Metallica yang konon tadinya akan menjadi sebuah nama majalah musik.Â
Formasi awal Metallica: Lars Ulrich (drums), James Hetfield (vokal dan gitar), Lloyd Grant (gitar), dan Ron McGovney (bass). Formasi ini menghasilkan single: Hit The Light, yang kemudian masuk dalam kompilasi musik rock berjudul Metal Massacre (1981).
Tahun 1982, Grant (gitar) mengundurkan diri dan diganti oleh Dave Mustaine. McGovney (bass) juga resign dari band ini dan posisinya diganti oleh Cliff Burton. Formasi ini menghasilkan album demo: No Life Till Leather. Mereka mendapat agen dan pindah ke New York.Â
Setahun kemudian, ada perselisihan antara Hetfield dan Mustaine, yang berakhir dengan keluarnya Mustaine dari Metallica. Posisinya lantas digantikan oleh Kirk Hammett. Formasi ini menghasilkan album Kill 'Em All (1983), yang kemudian dianggap sebagai album pertama mereka secara komersial.
Album-album mereka berikutnya adalah: Ride The Lightning (1984), Master Of Puppets (1986) yang masuk Billboard Top 40 selama 72 minggu dan dapat platinum, And Justice For All (1988) di mana Jason Newsted (bass) masuk menggantikan Cliff Burton yang meninggal akibat kecelakaan bus, Self Title: Metallica (1991) yang merupakan album terlaris mereka dan mendapat Grammy Award untuk band metal terbaik 1991-1992, Load (1996) dan Reload (1997) di mana warna musik mereka bergeser ke arah hard rock, St. Anger (2003) di mana posisi Jason Newsted diganti Robert Trujillo (bass) karena ada perselisihan internal, Death Magnetic (2008), dan Hardwired... To Self-Destruct (2016).Â
Metallica pernah konser dua kali di Indonesia. Yang pertama, pada 10-11 April 1993 di Stadion Lebak Bulus (Jakarta) yang sayangnya berakhir rusuh dan memalukan. Yang kedua, pada 25 Agustus 2013 di Gelora Bung Karno (Jakarta) yang berakhir sukses dan ditonton oleh sekitar 60.000 "metalheads" (penggemar metal) di Jakarta dan sekitarnya. Saya tidak ikut nonton karena memang lebih asyik lewat DVD atau internet... lebih aman dan damai (hahaha).Â
Berikutnya, band Megadeth. Setelah keluar dari Metallica, Dave Mustaine mendirikan band ini di Los Angeles (1983). Mustaine sangat serius dan tekun --bahkan mungkin juga habis-habisan-- dalam membesarkan band ini demi agar bisa menyaingi Metallica.Â
Di Megadeth, Mustaine tidak hanya sebagai gitaris, tapi juga vokalis, penulis lagu, dan bahkan juga produser. Kerja kerasnya terbukti karena Megadeth pun akhirnya punya penggemar fanatik dan punya posisi cukup baik di kalangan band metal lainnya.
Album-album studio Megadeth: Killing Is My Business... And Business Is Good (1985), Peacesells... But Who's Buying? (1986), So Far-So Good-So What! (1988), Rust In Peace (1990) yang dianggap paling fenomenal, Countdown To Extinction (1992), Youthanasia (1994), Cryptic Writings (1997), Risk (1999), The World Needs a Hero (2001), The System Has Failed (2004), United Abominations (2007), Endgame (2009), Thirteen (2011), Super Collider (2013), dan Dystopia (2016).Â
Megadeth termasuk band yang sering merombak formasi. Formasi terakhir mereka: Dave Mustaine (vokal dan gitar), Kiko Loreiro (gitar), Dirk Verbeuren (drums).Â
Setelah ada kasus asusila yang menimpa David Ellefson (bass) yang berakhir dengan dikeluarkannya dari band, posisi penggantinya sempat dipertanyakan. Tampaknya, kandidat kuat penggantinya adalah James LoMenzo, yang juga pernah bergabung dengan Megadeth di pertengahan tahun 2000-an. Jika benar, maka ini hanya semacam "reuni" saja bagi LoMenzo.Â
Oh, yes... Megadeth pun pernah konser di Indonesia, bahkan hingga empat kali: Live In Medan pada 31 Juli 2001 yang cukup sukses, Live in Senayan (Jakarta) pada 25 Oktober 2007 yang kurang sukses karena sepi penonton akibat minim publikasi, Live In Hammersonic Festival di Ecopark-Ancol (Jakarta) pada 7 Mei 2017 di mana Megadeth jadi band utama, dan Live in Jogjarockarta pada 27 Oktober 2018 di Yogyakarta (Jawa Tengah) yang cukup sukses.Â
Saya ikut nonton gak? Enggak tuh ... hihihi. Bukan berarti saya tidak suka metal lho... tapi tidak suka rusuh saja.Â
Oke, kembali ke pertanyaan awal: siapa yang lebih bagus? Jawabannya tentu serba subjektif dan relatif. Masing-masing penggemar kedua band itu pasti menganggap bandnya yang paling bagus. Ada juga yang moderat: keduanya sama bagusnya karena mungkin memang nge-fans dengan kedua band itu.Â
Posisi saya di mana? Saya penggemar musik yang independen. Artinya, nikmati saja semua musik --entah pop, rock, metal, atau lainnya-- secara wajar. Tidak ada band yang sempurna. Band metal yang bagus, menurut saya, juga bukan dinilai dari penampilannya yang serba seram atau brutal.Â
Kadang hal itu justru terkesan norak dan merusak citra musik metal yang sebetulnya punya sisi positif: bersikap kritis dan energik dalam mengekspresikan perasaan.Â
Bagaimana? Anda suka musik metal? Tidak suka? Tidak masalah kok... karena selera musik memang tidak bisa dipaksakan. Yang jadi masalah mungkin kalau kita saling hujat jenis musik mana yang terbaik. OK, stay safe... and peace.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H