The Menu, film thriller mengisahkan tentang sisi gelap perjamuan makan malam yang berisi twist rahasia dan makna tersembunyi disetiap adegan yang ditampilkan. Film komedi gelap yang disutradarai Mark Mylod ini memulai debutnya di Festival Film Toronto 2022 dan dirilis di bioskop pada 18 November 2022 tahun lalu. Sejak saat itu, film tersebut mendapat pujian dari penonton dan sambutan kritis yang sangat positif.
Film The Menu menceritakan tentang seorang food enthusiast bernama Tyler (Nicholas Hoult) yang mengajak rekannya, Margot (Anya Taylor-Joy), untuk datang ke sebuah restoran eksklusif milik koki terkenal, Chef Julian Slowik (Ralph Fiennes), di pulau pribadinya. Restorannya adalah Hawthorne, terletak di pulau pesisir terpencil di Pacific Northwest.
Di awal film, para tamu yang berjumlah 11 orang menaiki kapal ferry yang membawa mereka ke pulau. Saat mereka tiba di pulau, mereka disambut oleh Elsa [Hon Chau] yang kemudian membawa para tamu melakukan tur keliling pulau sebelum menuju ke restoran itu sendiri. Setelah mengikuti tur keliling pulau, Elsa mempersilakan tamu tersebut untuk masuk ke dalam restoran.Â
Tidak berselang lama, datanglah koki yang mereka tunggu-tunggu, Chef Julian Slowik. Sajian pertama pun datang dengan cukup normal dan setiap tamu mulai memberikan komentar terhadap sajian yang dihidangkan.
Selama perjamuan, Tyler terlihat sangat terobsesi dengan hidangan tersebut dan juga kepada sang koki tentunya. Well, walaupun bisa dibilang Tyler sudah excited sejak sebelum keberangkatan mereka ke pulau itu. Dapat dilihat juga di awal film jika Tyler banyak mengoceh dan memamerkan apa yang banyak ia ketahui soal makanan kepada Margot.
Masuk ke hidangan kedua, Chef Slowik bersama tim mulai menyajikan menu roti tapi tanpa roti. Yup, hanya saus atau selai pendampingnya saja. Hasilnya? Tentu saja para tamu pun sontak kebingungan, ada yang masih kagum dengan konsep tersebut, namun ada juga yang mulai tidak terima, mungkin dengan alasan mereka membayar $1.250 per orang untuk sajian makan malam mewah, namun hanya mendapatkan roti tanpa roti, aneh bukan?Â
Para tamu mulai merasakan kejanggalan, terlebih ketika masuk ke hidangan ketiga. Chef Slowik masih menyajikan menunya dengan diawali narasi. Tentu saja sebenarnya sang koki selalu menarasikan menunya sebelum ia menyajikan hasil karyanya dihadapan para tamunya.
Hidangan ketiga yang disajikan diberi nama "Memories" yang terinspirasi dari kenangan kelam di masa lalu sang koki. "Memories" disajikan dengan konsep paha ayam yang tertancap gunting serta tortilla. Tentunya tortilla yang dihidangkan bukan tortilla biasa, di atasnya terukir gambar dan tulisan sesuai kesalahan yang pernah dilakukan oleh para tamu. Para tamu pun terkejut, bahkan ketakutan. Menu ketiga ini seakan menjadi awal pertanda bahwa sesuatu yang tidak beres akan terus terjadi pada hidangan-hidangan selanjutnya.
Semakin merasa tidak nyaman dan semakin aneh, Margot pergi dari mejanya dengan beralasan ingin ke toilet. Di sana Margot menyalakan rokoknya sambal memandangi pemandangan di luar melalui sebuah jendela kecil di toilet tersebut. Bukan pemandangan indah yang ia dapatkan, justru ia melihat seseorang di luar sedang membawa properti sayap ke arah laut. Hingga akhirnya, Chef Slowik tiba-tiba masuk ke dalam toilet mendatangi Margot dan bertanya alasan mengapa Margot enggan menyantap menu kedua dan ketiga. Chef Slowik juga bertanya tentang asal-usul Margot dan alasan namanya tidak ada di daftar reservasi.
Selanjutnya, masuk kehidangan keempat, Chef Slowik memperkenalkan sous-chef bernama Jeremy yang menciptakan menu selanjutnya, "The Mess". Seperti biasa, Chef Slowik memberi narasi, kemudian dengan tiba-tiba Jeremy melakukan hal yang mengejutkan, yakni membak dirinya sendiri.
Para tamu ketakutan, bahkan salah satu tamu bernama Richard mencoba untuk pergi dari tempat tersebut. Berusaha memberontak untuk keluar, Richard ditahan dengan paksa hingga Chef Slowik memutuskan untuk memotong jari Richard. Chef Slowik pun mengatakan bahwa ini semua adalah bagian dari "menu" dan para tamu malam itu dipilih karena alasan tertentu. Pengecualian untuk Margot karena sebenarnya ia bukan tamu yang terdaftar di buku reservasi. Karena pada awalnya Tyler berencana mengajak (mantan) pacarnya, namun hubungan mereka kandas sebelum perjamuan makan malam tersebut.
Di akhir cerita dijelaskan bahwa rencana Chef Slowik untuk malam itu bukan tanpa tujuan. Semua dilakukan dengan alasan rasa frustrasinya dan kebenciannya terhadap orang kaya maupun mereka yang memanfaatkan orang lain. Kekerasan dan pembunuhan, di Hawthorn malam itu sengaja dilakukan untuk menghukum para tamu karena mereka adalah penyebab kepura-puraan dan elitisme industri makanan.Â
Bagi Chef Slowik, kekayaan para tamu telah mendorong industri makanan maju, tetapi juga membuat pengalaman bersantap menjadi mahal, memperlebar kesenjangan antara kelas sosial ekonomi dan mengubah makna kesenangan dari pengalaman mencicipi santapan. Chef Slowik merasakan bayang-bayang dari dirinya yang dulu, dan kebenciannya terhadap para elit rakus yang menggunakan meja perjamuan di Hawthorn sebagai ajang pertunjukan status sosial ekonomi.
Para tamu perlahan mulai menyadari bahwa tidak ada jalan keluar bagi mereka, namun Margot mencoba merencanakan pelariannya sendiri. Dia melangkah ke dapur, memberi tahu Chef Slowik bahwa dia tidak menyukai makanan buatan sang koki dan Margot masih merasa lapar. Chef Slowik pun bertanya apa yang Margot inginkan, Tanpa keraguan, Margot meminta dibuatkan cheeseburger ukuran khas Amerika dengan tambahan kentang goreng. Chef Slowik dengan kepiawaiannya membuatkan makanan pesanan khusus Margot.
Margot berhasil keluar dari Hawthorn setelah meminta kepada Chef Slowik untuk membungkus dan membawa pulang saja makanan yang telah dipesannya. Margot melarikan diri menggunakan ferry dan memakan cheesburgernya sembari melihat pemandangan Hawthorn terbakar habis. Usut punya usut sang koki, Chef Slowik sengaja membakar dirinya bersama tamu dan staffnya di dalam restoran miliknya itu.
--- END ---
Mengapa di akhir cerita Margot memesan cheeseburger? Sebenarnya, cheeseburger memiliki makna lebih simbolis dari menu lain yang telah dihidangkan Chef Slowik. Cheeseburger yang sederhana adalah tempat pertama Chef Slowik memulai kariernya sebagai koki dan kecintaannya pada memasak dimulai.Â
Margot menyadari hal ini setelah dia mengatakan kepada sang koki bahwa ia tidak lagi menemukan kesenangan dalam hidangan makanannya dan Margot pun meminta cheeseburger sebagai cara terakhir untuk menyalakan kembali semacam sparks untuk sang koki. Beruntungnya rencana Margot berhasil. Chef Slowik melihat Margot berbeda dari tamunya yang lain dan mengizinkannya pergi.
Kecintaan Chef Slowik terhadap makanan dimulai ketika dia menjadi koki di tempat yang kecil. Terbukti dari foto yang terpajang di rumahnya. Chef Slowik menemukan kegembiraannya dalam membuat makanan sederhana namun enak. Permintaan sederhana Margot untuk dibuatkan cheeseburger membangkitkan kembali sebagian dari kecintaan Chef Slowik pada keahliannya setelah bertahun-tahun melayani tamu yang bahkan tidak mampu menghargai seni memasak yang ia buat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H