Mohon tunggu...
Nur Samacha
Nur Samacha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 1 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Nur Samacha, sering disebut Ikha. Mahasiswa semester 1 Ilmu Hadis di UIN Sunan Ampel Surabaya, dengan minat pada kajian Islam, terutama seperti yang disampaikan oleh Ust. Hanan Attaki. No telp: 082136968884. IG: @samachaaaa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hedonisme atau Minimalisme? Perspektif Islam dalam Menemukan Kebahagiaan Sejati

15 Desember 2024   16:28 Diperbarui: 15 Desember 2024   17:42 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, minimalisme, yang menekankan kesederhanaan dan hidup dengan esensial, memiliki keselarasan dengan ajaran Islam. Prinsip hidup sederhana dan bersyukur (zuhud) merupakan salah satu ajaran inti Islam. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam menjalani kehidupan yang sederhana. Beliau bersabda:

ﻟَﻴْﺲَ اﻟﻐﻨﻰ ﻋَﻦْ ﻛَﺜْﺮَﺓِ اﻟﻌَﺮَﺽِ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ اﻟﻐِﻨَﻰ ﻏِﻨَﻰ اﻟﻨَّﻔْﺲِ

“Kekayaan bukanlah banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati.” (HR Bukhari dan Muslim)

Islam mengajarkan bahwa harta benda hanyalah titipan dari Allah SWT. Oleh karena itu, manusia diwajibkan untuk mengelolanya dengan bijaksana, termasuk dengan berbagi kepada sesama melalui zakat dan sedekah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا ۝٦٧

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir; dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS Al-Furqan: 67)

Namun, Islam tidak menganjurkan minimalisme ekstrem yang mengabaikan kebutuhan duniawi. Prinsip zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, melainkan menggunakan dunia sebagai sarana untuk meraih ridha Allah. Dengan hidup sederhana, seseorang dapat fokus pada hal-hal yang lebih penting, seperti ibadah, keluarga, dan kontribusi sosial.

Menemukan Jalan Tengah: Hidup Seimbang dalam Islam

Islam mengajarkan konsep wasathiyah (keseimbangan) sebagai solusi untuk mengatasi dilema antara hedonisme dan minimalisme. Dalam ajaran ini, manusia diajak untuk menikmati kehidupan duniawi secara wajar tanpa melupakan tujuan akhirat.

Menemukan jalan tengah berarti menikmati kenikmatan dunia tanpa terjebak dalam sikap berlebihan, sekaligus menjalani hidup sederhana tanpa kehilangan tujuan. Rasulullah SAW mencontohkan gaya hidup yang seimbang: beliau menikmati makanan yang halal, tetapi tidak pernah berlebihan; beliau memiliki harta, tetapi selalu berbagi dengan sesama.

Beberapa langkah praktis untuk menerapkan keseimbangan ini:

  1. Syukuri setiap nikmat yang Allah berikan. Dengan bersyukur, manusia akan merasa cukup dan terhindar dari sikap serakah.
  2. Kelola harta dengan bijaksana. Islam mengajarkan untuk menabung, berbagi, dan menghindari pemborosan.
  3. Fokus pada makna hidup. Daripada terobsesi pada materi, prioritaskan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah, seperti ibadah dan amal saleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun