"Ikatlah ilmu dengan menuliskannya," demikian bunyi hadis Nabi Muhammad SAW.
Jika tidak mampu menuliskannya, ide tersebut dapat dijual ke seorang teman yang menuliskannya. Soal hitung-hitungan finansial itu bisa jadi kesepakatan tersendiri.
Dalam dunia penulisan naskah sinetron, misalnya, sudah lazim seorang penulis menjual ide dan soal eksekusi penggarapan diserahkan kepada tim penulis skenario. Sang penulis sendiri mungkin hanya sekadar mensupervisi atau menjadi head writer. Itu sekadar contoh.Â
Namun kita tentu layak dan amat berhak menerima kehormatan untuk menuliskannya sendiri. Tentu jika kita berani memanen setelah susah-payah menebar benih dan merawatnya.
Nah, sekarang nikmatilah hasil beternak ide.Â
Namun pertanyaan pertama adalah sudahkah kita punya nyali untuk beternak ide?
Jika pertanyaan ini sudah bisa kita jawab, maka mari berdiri tegap dan serukan, "Wahai penulis, ternakkan idemu!"
Karena kebaikan harus disebarluaskan dan diserukan, jangan disimpan sendiri. Karena air sumur akan tetap jernih dan terus memancar selama terus ditimba alih-alih hanya didiamkan dan ditutupi.
Jakarta, jelang Ramadhan
Baca Juga:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!