Mungkin para buaya asli menitikkan airmata jika tahu namanya ditahbiskan sebagai simbol kejahatan cinta. Salah satunya oleh duo Ratu yang beranggotakan Maia Estianti dan Mulan Kwok (sekarang Mulan Jameela) dengan lagu hits berjudul Lelaki Buaya Darat (2006).
Apalah daya, aku hanyalah buaya, mungkin demikian para buaya berkeluh-kesah. Tinggal saja mereka harus menunggu nasib ada lembaga advokasi hak-hak kebuayaan.
Jangankan nasib buaya yang memang aspek perikehewanan belum lazim di negeri ini.
Kaum manusia saja yang aspek perikemanusiaan sudah termaktub dalam konstitusi negeri ini juga belum sepenuhnya diayomi. Kaum manusia, tidak hanya etnis Betawi, banyak menjadi korban akibat stereotip sosial.
"Si Iko jangan dikasih turun di simpangan. Nanti dia bikin rumah makan Padang lho!"
Atau sebuah tebak-tebakan iseng: "Kenapa orang Batak tidak cocok jadi pilot pesawat terbang?"
Ketika hadirin tak bisa menjawab, si pemilik tebakan langsung buka suara,"Karena bisa gawat. Nanti di tengah jalan dia buka pintu dan teriak-teriak,"Ya, Semarang, Semarang. Masih kosong!" ujarnya seraya menirukan teriakan kondektur angkotan kota di Jakarta yang memang mayoritas etnis Batak.
Kontroversi film MASMIA
Soal stereotip salah satu etnis besar di pulau Sumatra ini juga pernah mencuat dalam kasus film Maaf, Saya Menghamili Istri Anda (MASMIA) arahan Monty Tiwa (2007).
Keluarga besar marga Simamora dari Sumatra Utara memprotes pemakaian nama marga mereka untuk tokoh preman bajingan dalam film yang diproduseri Rudy Soedjarwo tersebut.