Sebagai bos, kendati ia saya anggap sebagai mentor pertama saya, ia memang sering berlaku otoriter dan bermulut tajam. Tapi sekali itu pernyataannya terasa bak sembilu menusuk ulu hati. Esok harinya saya langsung mengajukan surat pengunduran diri.
Kesalahan serupa juga dilakukan atasan langsung saya di griya produksi sinetron yang memaki saya dengan ucapan "tak tahu diri" karena saya tidak bisa datang ke kantor karena sakit untuk sebuah tugas dadakan di hari kedua Lebaran. Rupanya ia menganggap gaji yang dibayarkan kantor untuk posisi saya sebagai penerjemah terlalu besar.
Boleh dibilang itulah pengalaman-pengalaman awal saya ketika secara profesional direndahkan dan hanya dihargai sebatas uang.
Abraham Harold Maslow (1954), seorang pakar psikologi terkemuka, dalam Teori Hierarki Kebutuhan (Hierarchy of Needs) mengatakan, "People's needs depend on what they already have. In a sense, then, a satisfied needs isn't a motivator. Human needs, organized in a hierarchy of importance, are physiological, safety, belongingness, esteem, and self actualization."
Dalam terjemahan bebasnya, teori itu berbunyi: "Kebutuhan orang tergantung pada apa yang telah mereka miliki. Dengan kata lain, kebutuhan yang terpenuhi bukanlah penggerak atau pendorong. Kebutuhan manusia, yang terlembagakan dalam sebuah hierarki tingkat kepentingan, adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan dihargai, dan kebutuhan aktualisasi diri."
Setelah beberapa tahun ke depan, saat menengok masa lalu, saya memaknai semua pengalaman pertama tersebut sebagai pengaya hidup dan rohani saya menjadi hidup yang komplet.Â
Toh, saya sudah memaafkan mereka dan telah berdamai dengan diri saya sendiri dan juga masa lalu, dan justru mensyukurinya. Segala sesuatu pasti ada hikmahnya.Â
Seperti kata Oprah Winfrey, "True forgiveness is when you can say 'thank you' for that experience."
Jagakarsa, 15 Februari 2021
Baca Juga:Â
1. Jika Kegagalan adalah Guru, Apakah Ia Guru yang Baik?