Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bekerja Tidaklah Selalu Soal Uang

15 Februari 2021   15:45 Diperbarui: 15 Februari 2021   16:06 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wowkeren.com

Sebagai bos, kendati ia saya anggap sebagai mentor pertama saya, ia memang sering berlaku otoriter dan bermulut tajam. Tapi sekali itu pernyataannya terasa bak sembilu menusuk ulu hati. Esok harinya saya langsung mengajukan surat pengunduran diri.

Kesalahan serupa juga dilakukan atasan langsung saya di griya produksi sinetron yang memaki saya dengan ucapan "tak tahu diri" karena saya tidak bisa datang ke kantor karena sakit untuk sebuah tugas dadakan di hari kedua Lebaran. Rupanya ia menganggap gaji yang dibayarkan kantor untuk posisi saya sebagai penerjemah terlalu besar.

Boleh dibilang itulah pengalaman-pengalaman awal saya ketika secara profesional direndahkan dan hanya dihargai sebatas uang.

Abraham Harold Maslow (1954), seorang pakar psikologi terkemuka, dalam Teori Hierarki Kebutuhan (Hierarchy of Needs) mengatakan, "People's needs depend on what they already have. In a sense, then, a satisfied needs isn't a motivator. Human needs, organized in a hierarchy of importance, are physiological, safety, belongingness, esteem, and self actualization."

Dalam terjemahan bebasnya, teori itu berbunyi: "Kebutuhan orang tergantung pada apa yang telah mereka miliki. Dengan kata lain, kebutuhan yang terpenuhi bukanlah penggerak atau pendorong. Kebutuhan manusia, yang terlembagakan dalam sebuah hierarki tingkat kepentingan, adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan rasa memiliki, kebutuhan dihargai, dan kebutuhan aktualisasi diri."

Setelah beberapa tahun ke depan, saat menengok masa lalu, saya memaknai semua pengalaman pertama tersebut sebagai pengaya hidup dan rohani saya menjadi hidup yang komplet. 

Toh, saya sudah memaafkan mereka dan telah berdamai dengan diri saya sendiri dan juga masa lalu, dan justru mensyukurinya. Segala sesuatu pasti ada hikmahnya. 

Seperti kata Oprah Winfrey, "True forgiveness is when you can say 'thank you' for that experience."

Jagakarsa, 15 Februari 2021

Baca Juga: 

1. Jika Kegagalan adalah Guru, Apakah Ia Guru yang Baik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun