"Kapan kita bisa ketemuan lagi?" tanya Binyo berharap. Selimut tebal masih menutupi tubuh telanjangnya. Angin pagi Puncak Pass menyelinap masuk ke kamar hotel lewat jendela hotel yang dibiarkan terbuka. Dingin.
"Gimana ya? Gue sih sebetulnya profesional aja, ada duit ada barang. Tapi jujur ya, Nyo, sama elo gue mikir-mikir lagi deh. Puas kagak, kotor iya,"ujar Nita sinis. Ia mengoleskan lipstik di bibir tipisnya. Lipstik selebgram seri terbaru.
Binyo tertunduk malu. Ia merasa kemaluannya dikebiri.Â
Ya, semalam ia terlalu bernafsu melihat tubuh polos perempuan cantik untuk pertama kalinya. Sayang Nita terlalu berpengalaman baginya.
"Sorry ya, Nyo," tukas Nita, melihat reaksi teman kencannya.Â
"Tapi kayaknya elu perlu belajar dari Joe deh soal begituan," kerlingnya genit. Aroma parfum mahalnya menguar keras.
"Tarjo?"
Nita tampak bingung. "Tarjo, Joe..whatever! Yang jelas dia maenannya oke. Sepuluh kali dari elo!"Â
Ia membongkar tas tangannya. Mengaduk-aduk isinya, mencari-cari rokok mentolnya.
"Tarjo?"
"Iyalah. Lu tau gak, dia tuh penjahat kelamin tau. Biar katanya dari kampung, kayaknya dia udah gak virgin tuh!"Â