Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelebah Gempa

20 Januari 2021   01:51 Diperbarui: 20 Januari 2021   01:55 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

alam senyap menyayat

kotakota indah ini kini jadi mayat

bisu

retakretak

puingpuing

ah, Mamuju! ah, Majene!

di atas reruntuhan rumahnya, seorang nenek termenung dalam duka

ia hilang ingatan

akan keluarga

akan cucu tersayang yang tertimbun entah di mana

akan segalanya

hanya satu yang diingatnya

yang ia tuliskan dengan airmata pilu di baju lusuh satusatunya: ngapai.

Jagakarsa, 20 Januari 2021

 

- Ngapai (bahasa Mandar): Mengapa.

- Gelebah (KBBI): Sedih, gelisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun