Seorang kakek renta keluar dari gerai ponsel, wajahnya ceria
Ada boks kecil dipegangnya kuat-kuat
Ponsel anyar
Canggih di kelasnya, kata penjualnya
Si kakek sumringah, bayangkan senyum senang sang cucu tersayang dapat hadiah kejutan
Ini hadiah untuk cucuku semata wayang, gumamnya bangga
Si kakek menyetop angkot, bergegas pulang
Ingin ia tumpahkan rasa bahagia ke seisi angkot
Namun semua sibuk dengan benda di jemari
Ada yang senyam senyum sendiri atau tertawa seru
Ada yang merengut jengkel, dan juga menangis terisak
Si kakek kesepian
Ia merasa bagai dinosaurus di era milenial, terasing laksana makhluk sial
 Turun dari angkot, si kakek tercenung
 Langkahnya gontai, hatinya cerai berai
 Ditatapnya angkot yang berlalu membawa cerianya
 Bagaimana jika cucuku seperti mereka itu?
 Saat teknologi mendekatkan yang jauh namun menjauhkan yang dekat
 Aku tak mau kesepian di hari tuaku yang menghitung hari
 Perang batin menghebat, tubuh tuanya pun gemetar
"Kakek bawa apa?"
 Suara bocah lelaki yatim piatu itu akrab di telinganya, sewindu sudah sejak bayi merah
 Si kakek menatapnya sendu
 Cucuku, aku masih butuh kamu...
Jagakarsa, 15 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H