Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hadiah untuk Cucu

15 Januari 2021   23:07 Diperbarui: 15 Januari 2021   23:20 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bocah dan ponsel/Foto: pixabay.com

Seorang kakek renta keluar dari gerai ponsel, wajahnya ceria

Ada boks kecil dipegangnya kuat-kuat

Ponsel anyar

Canggih di kelasnya, kata penjualnya

Si kakek sumringah, bayangkan senyum senang sang cucu tersayang dapat hadiah kejutan

Ini hadiah untuk cucuku semata wayang, gumamnya bangga

Si kakek menyetop angkot, bergegas pulang

Ingin ia tumpahkan rasa bahagia ke seisi angkot

Namun semua sibuk dengan benda di jemari

Ada yang senyam senyum sendiri atau tertawa seru

Ada yang merengut jengkel, dan juga menangis terisak

Si kakek kesepian

Ia merasa bagai dinosaurus di era milenial, terasing laksana makhluk sial

 Turun dari angkot, si kakek tercenung

 Langkahnya gontai, hatinya cerai berai

 Ditatapnya angkot yang berlalu membawa cerianya

 Bagaimana jika cucuku seperti mereka itu?

 Saat teknologi mendekatkan yang jauh namun menjauhkan yang dekat

 Aku tak mau kesepian di hari tuaku yang menghitung hari

 Perang batin menghebat, tubuh tuanya pun gemetar

"Kakek bawa apa?"

 Suara bocah lelaki yatim piatu itu akrab di telinganya, sewindu sudah sejak bayi merah

 Si kakek menatapnya sendu

 Cucuku, aku masih butuh kamu...

Jagakarsa, 15 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun