Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setangkai Doa untuk Pak Tjipta dan Bu Roselina

5 Januari 2021   19:01 Diperbarui: 5 Januari 2021   19:08 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun belakangan ada usulan dari sebagian kalangan, dengan mempertimbangkan angka Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat Indonesia yang semakin meningkat, agar batasan usianya dinaikkan menjadi 65 tahun ke atas.

Dan, terlepas dari tingkat produktivitas kalangan lansia, posisi lansia dalam strata kehidupan bermasyarakat juga dihormati, dengan disimbolkan melalui penetapan Hari Lanjut Usia (Lansia) Nasional (HLUN) setiap 29 Mei pada tahun 1996.

Tanggal 29 Mei dipilih pemerintahan era Soeharto sebagai Hari Lansia Nasional dengan mempertimbangkan peranan dan kontribusi seorang tokoh pergerakan nasional bernama KRT Rajiman Wediodiningrat.

Beliau adalah seorang dokter dan tokoh Boedi Oetomo yang memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 Mei 1945 dalam kedudukannya sebagai anggota tertua BPUPKI. Pada waktu itu, Dokter Rajiman berusia 66 tahun.

Dokter Rajiman yang saat itu sukses memimpin sidang BPUPKI juga menelurkan gagasan penting agar BPUPKI perlu terlebih dahulu menetapkan de filosofische groundslag atau dasar filosofi negara sebagai modal dasar kemerdekaan Indonesia.

Mengikat ilmu dan menyegarkan ingatan

Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam (SAW) bersabda, "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya."

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori tersebut kerap dianggap sebagai perkataan Ali bin Abi Thalib, salah seorang sahabat Rasulullah yang dijuluki "Baabul Ilmi" (Pintu Ilmu) karena intelektualitasnya.

Kendati non-Muslim, Pak Tjip dan Bu Rose sejatinya telah mengamalkan isi hadis Nabi Muhammad tersebut secara ajeg.

Mereka aktif menuliskan segenap kisah hidup dan pengalaman pribadi mereka, baik yang manis maupun yang kecut dan pahit, secara runut dan detail, hari demi hari. Kisah-kisah yang menginspirasi dan terasa betul ditulis dari hati. Karena jatuhnya tepat di hati.

Secara tidak langsung, sebagai lansia yang aktif berkarya, apa yang dilakukan Pak Tjip dan Bu Rose, menurut para ilmuwan, adalah kiat jitu untuk senantiasa menyegarkan ingatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun