Kenapa demikian?
Manusia langka, karena bisa dihitung dengan jari, kalangan senior di Kompasiana (terlebih lagi dengan kualifikasi penulis buku best seller) yang bersedia meluangkan waktu rutin menulis setiap hari selama sedekade.
Dan bukan hanya sekadar menulis lantas berdiam diri saja (hit and run), Pak Tjip dan Bu Rose juga sangat telaten dan aktif menyapa para Kompasioner yang mayoritas jauh lebih muda usianya.
Alhasil, Pak Tjip dan Bu Rose dapatlah dikatakan teladan dan patokan (benchmark) budaya silaturahmi (atau dalam versi jargon Kompasiana era sebelumnya, sharing and connecting, yakni berbagi dan terkoneksi) di Kompasiana.Â
Lewat keteladanan keduanya, menulis di Kompasiana menjadi beyond blogging (jargon Kompasiana saat ini), tidak sekadar ngeblog.
Secara pribadi, saya amat tersentuh dengan ketelatenan Pak Tjip dan Bu Rose menyapa dan mengomentari tulisan-tulisan saya di Kompasiana dengan apresiasi dan kalimat-kalimat positif dan menyemangati. Meskipun seringkali saya alpa membalas kunjungan mereka. Mohon maaf ya, Pak, Bu!
Bahkan, dalam salah satu tulisannya, Bu Rose memperlihatkan daftar 100 Kompasioner yang dibuatnya yang menjadi tujuan silaturahminya. Saya terharu saat mendapati nama saya adalah salah satunya.
Jika di Kompasiana ada award (kusala) bagi para Kompasioner yang rutin melakukan blogwalking (kunjungan blog), tampaknya pasangan Pak Tjip dan Bu Rose adalah kandidat nomor wahid untuk kusala tersebut.
Entah disadari atau tidak oleh Pak Tjip dan Bu Rose, rutinitas mereka berdua menyambangi dan memotivasi para Kompasioner secara tidak langsung merupakan upaya menumbuhkan kepercayaan diri dan merawat asa para Kompasioner untuk terus aktif dan konsisten menulis.
Bagi sebagian Kompasioner, tulisannya dikunjungi dan dikomentari itu hal yang teramat biasa. Tapi bagi yang lain, terlebih bagi para penulis pemula, tulisan yang dikomentari itu sesuatu yang istimewa. Apalagi jika komentarnya bersifat masukan konstruktif yang memotivasi semangat menulis atau semangat hidup.
Itulah kontribusi besar Pak Tjip dan Bu Rose, yang sesungguhnya meringankan beban tugas tim Admin Kompasiana untuk tetap menjaga semangat dan kontribusi menulis Kompasioner serta mengembangkan jejaring Kompasioner.