Juga berkali-kali mengalami perisakan (bullying) oleh teman sekolah dan gurunya sendiri.
Oleh si oknum guru di sekolah sebelumnya, Fulan bahkan dibilang idiot karena dianggap lamban memahami pelajaran sekolah. Sampai-sampai ia menderita stress berat dan badannya kurus kerempeng.
Menurut Bu Fulanah, jika mengenang nasib Entong tersayangnya saat itu, hatinya sedih sekali. Â Andai ia bisa bernyanyi, tentu ia akan bernyanyi pilu. Kumenangis, membayangkan betapa pedihnya...
Sayang, menurutnya, ia hanya ibu rumah tangga biasa dan suaminya juga orang biasa-biasa saja, hanya seorang loper koran.
Pasutri itu sepenuhnya pasrah kepada Allah, banyak-banyak berdoa kepada Allah, minta petunjuknya untuk anak bontotnya itu. Â Â Â Â Â Â
Syukurlah, dari rekomendasi salah seorang guru yang baik hati dan juga setelah berkeliling mencari info, mereka dapat menemukan sekolah yang pas untuk Fulan. Fulan mulai masuk SHS sejak kelas 3 SD.
Belakangan, di kelas 4, barulah ketahuan ternyata Fulan menderita mata minus.
Itulah rupanya yang diduga mempengaruhi kemampuannya menyerap pelajaran sekolah. Sampai-sampai dahulu sempat dibilang anak idiot.
Sebagai ibu, menurut ceritanya, Bu Fulanah sedih kenapa baru belakangan tahu.
Tapi nasi udah jadi bubur, mending dibikin jadi bubur ayam yang enak, pikirnya.
Yang penting Fulan sudah dapat sekolah yang cocok untuknya, demikian kata Bu Fulanah.