Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ustaz Radikal

14 November 2020   18:07 Diperbarui: 14 November 2020   20:35 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ustaz HRS tokoh pendobrak! Dialah Satrio Piningit!" teriak para pemuda yang berdemonstrasi di sepanjang jalan kampung sambil membacakan dukungan bagi Ustaz Hariz.

Mereka ingin di lensa mata tiap orang ada gambaran bahwa Ustaz Hariz adalah lambang kaum pemuda, kaum pendobrak.

Dalam pandangan mereka, sesuatu yang baru pastilah pendobrak kemapanan. Dan mereka menginginkan Ustaz Hariz menjadi ikon tokoh pembaharu demi penyambung napas pergerakan mereka. Ustaz Hariz pun rutin mereka sambangi untuk berdiskusi hingga larut malam.

"Berjalan sendiri! Menentang arus. Patut dicurigai!" gugat sejumlah warga yang lain.

Parahnya, kelompok ini tidak sekadar bergunjing pengisi waktu. Tapi bahkan menghasut aparat pemerintah untuk menindak Ustaz Hariz.

"Dia menggerakkan para pemuda untuk berdemonstrasi, Pak! Ini jelas tindakan  mengacaukan stabilitas keamanan!"

"Tapi, mana buktinya?" tanya Pak Lurah yang kesal, waktu istirahat siangnya terganggu.

Orang-orang itu seenaknya merangsek masuk ruang kerjanya yang lupa terkunci. Untung saja salah seorang teman wanitanya sigap bersembunyi di balik sofa kantor.

"Apa Bapak tidak lihat tempo hari? Para pemuda tiba-tiba membara. Jalan-jalan keliling kampung sambil teriak-teriak. Persis demo-demo di kota!"

Orang yang berdiri terdepan itu kemudian menyambung dengan berbagai prediksinya tentang dampak aksi para pemuda tersebut. Panjang sekali uraiannya.

Pak Lurah melek. Sejak tadi ia merem. Lelah matanya melihat mulut lelaki berkumis lebat di depannya itu bergerak-bergerak nyerocos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun