Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Emmanuel Macron dan Billy Milligan

9 November 2020   17:03 Diperbarui: 9 November 2020   17:28 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tudingan Presiden Turki Recep Tayeb Erdon kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa sang presiden berusia 42 tahun itu "perlu memeriksakan kesehatan mentalnya" terkait dengan pernyataan Macron yang dianggap melecehkan Islam dalam kasus karikatur Nabi Muhammad di tabloid Charlie Hebdo menggegerkan publik internasional.

Meskipun secara redaksional pernyataan Erdogan itu terkait dengan kesalahan logika Macron yang mengambinghitamkan Islam atas segelintir tindakan terorisme oknum Muslim, banyak yang mengait-ngaitkannya dengan kehidupan pribadi salah satu pemimpin termuda di dunia tersebut.

Sebelumnya, Macron yang beristrikan Brigitte Macron (berusia 67 tahun), yang merupakan mantan selingkuhan dan mantan gurunya di sekolah menengah, disinyalir mengidap penyakit kejiwaan Oedipus Complex, dikarenakan perbedaan usia pasutri tersebut yang berkisar seperempat abad atau 25 tahun.

Terlepas dari kebenaran berita tersebut, persoalan kesehatan mental atau kejiwaan memang suatu hal yang menarik dan seksi untuk diperbincangkan. Terlebih lagi perihal kepribadian atau terkait dengan pengenalan atau identifikasi diri.

"Kenalilah dirimu," pesan Iman Al-Ghazali, sang pemikir besar Islam bergelar Al-Hujjatul Islam (Pembela Islam) yang terkenal dengan karya-karya legendarisnya seperti Ihya 'Ulumuddin dan Tahafut Al Falasifah. Dengan nada yang sama, para filsuf Yunani kuno Plato dan Aristoteles menggaungkannya sejak ribuan tahun lalu.

Sungguh, mengenali diri sendiri adalah sebuah misteri kehidupan dan peradaban sepanjang masa. Telah banyak buku ditulis tentang bagaimana mengenal diri, namun fakta-fakta baru tentang fenomena diri dan kepribadian terus bermunculan, dengan mengejutkan.

Termasuk juga salah satu novel lawas berjudul 24 Wajah Billy karya Daniel Keyes. Versi terjemahan bahasa Indonesia dari novel yang aslinya berjudul The Minds of Billy Milligan itu pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Qanita Bandung pada 2005.

Sebelum kehadiran novel 24 Wajah Billy, khalayak pembaca Indonesia juga pernah dihentak oleh novel Sybil yang berkisah tentang seorang pengidap kepribadian ganda dengan 16 kepribadian yang dimilikinya.

Kisah hidup sang tokoh bernama asli Sybil telah dibukukan dengan judul yang sama dan, untuk versi bahasa Indonesianya, diterjemahkan oleh mendiang Prof. Sarlito Wirawan Sarwono (guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia) yang juga memberikan endorsement (pujian) atas penerbitan novel 24 Wajah Billy ini.

Kasus William Stanley (Billy) Milligan dari Ohio, Amerika Serikat, pada penghujung tahun 1970-an ini menambah deret panjang fenomena sosial tersebut, di mana kasus Billy, orang dengan kepribadian majemuk ini (untuk menghindari stigmatisasi kata "penderita"), merupakan satu dari sekian banyak eksperimen alamiah yang akan menjelaskan jauh lebih banyak hal kepada kita, tentang kita sendiri.

Bagaimana kita memahami bahwa dalam diri seseorang bersemayam beragam kepribadian yang bertolak belakang?

Ia pria Inggris yang cerdas dan rasional (Arthur) sekaligus orang Balkan yang jago bela diri dan emosional (Ragen); penjahat brutal yang kasar (Philip) tapi sekaligus bocah tanggung yang sangat penakut (Danny); perempuan lesbian yang haus belaian (Adalana) dan gadis cilik usia tiga tahun penderita disleksia (Christene).

Billy Milligan ditangkap karena melakukan serangkaian tindak kriminal yang dilakukan 2 pribadi (Kevin dan Philip) dari 24 kepribadian yang ada dalam dirinya. Pada akhirnya, pria tampan berusia 26 tahun ini ditangkap karena memperkosa tiga orang mahasiswi di kampus Ohio State University.

Tim pembela Billy dengan bantuan Dr. Caul, seorang psikiater yang berempati pada Billy, berupaya membuktikan, di tengah intervensi politisi dan pengadilan publik via media massa, bahwa Billy tidak bersalah karena semua tindak kriminal tersebut dilakukan tanpa disadari pribadi intinya (yang disebut Billy-Unfused atau Billy-U) karena ke-23 pribadi yang lain silih berganti muncul ke 'tempat utama' (dengan komando Arthur) dan kerap membuatnya kehilangan waktu dan tampak aneh sekaligus memiliki berbagai bakat seperti bela diri, melukis, bahasa asing atau kedokteran.

Tahun 1988, setelah sepuluh tahun mendekam di rumah sakit jiwa, Billy dibebaskan dengan pribadi yang menyatu (yang disebut sang Guru) dan tinggal di California dan memiliki perusahaan film Stormy Life Productions.

Tema yang unik ditambah penuturan cerita yang runut menjadikan membaca novel (setebal hampir 700 halaman) yang tebalnya dua kali tebal novel pada umumnya ini cukup mengasyikkan. Kendati pembukaan awal terasa lamban dan membosankan, plotnya mengalir mulus dan menggigit dengan cerita yang kompleks, lebih rumit dan sangat filmis.

Hal ini berbeda dengan pola-pola multiple personality (kepribadian majemuk atau ganda) yang umum dikenal dan menjadi ikon dalam benak masyarakat, seperti Dr. Banner dalam komik dan film The Hulk atau legenda dari Inggris Dr. Jekyll & Mr. Hyde karya R.L Stevenson dalam The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde. 

Karakter para tokoh tersebut cenderung hitam putih di mana seseorang yang baik hati dan dermawan dapat berubah menjadi monster yang perkasa dan menakutkan yang mengusung misi kebenaran seperti lazimnya cerita-cerita klasik.

Inilah bedanya novel 24 Wajah Billy (dan sekuelnya berjudul Pertarungan Jiwa Billy yang judul aslinya Billy Milligan Wars atau The Minds of Billy Milligan #2), yang dapat menjadi alternatif bacaan Anda di saat senggang di kala pandemi ini.

Novel ini tidak bertendensi menghadirkan kebenaran monotafsir atau melulu menjadi pahlawan seperti The Hulk, ia menghadirkan realitas kemanusiaan dengan pemaknaan yang multitafsir.

Billy terasa dekat dengan kita karena ia bukan pahlawan super yang selalu benar atau selalu menang. Ia manusia biasa yang gembira, kecewa, atau sedih bahkan sedemikian frustrasinya hingga berulangkali berupaya bunuh diri, bahkan ketika sekalipun yang berada di tempat utama adalah Arthur yang sangat rasional dan menganggap bunuh diri adalah perbuatan tolol.

Persis seperti pepatah, life is stranger than fiction, kehidupan nyata lebih aneh dari cerita fiksi, demikianlah yang tergambar dalam novel ini. Betapa kehidupan Billy yang demikian dramatis dan filmis cocok sekali diangkat ke layar lebar (sekaligus disunting) oleh tokoh utamanya sendiri dengan judul The Crowded Room yang disutradarai oleh Joel Schumacher dan dibintangi oleh aktor Leonardo Di Caprio pada 2015.

Kelemahan novel ini, jika boleh dikatakan demikian, adalah gaya penerjemahan yang kaku bahkan terkesan letterlijk (terlalu harfiah) serta kurang cermat dengan data yang berpengaruh memperlambat lajunya mesin cerita.

Di samping itu, novel ini cenderung terlalu bergaya ala Jakarta (baca: cair) seperti kata-kata tauk atau ga yang ditaruh dalam tuturan narasi, yang kurang dapat dibenarkan dari segi EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) atau yang sekarang dikenal sebagai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Kalaupun diniatkan sebagai sebuah hal yang sah dalam sastra, karena novel adalah sebuah karya sastra, yang menjunjung kreativitas, gaya cuek tersebut mengurangi keanggunan bangunan cerita yang kokoh atau seperti pengganjal laju tuturan. Kecuali, jika ditempatkan dalam dialog, yang tentunya sesuai konteks, misalnya dalam percakapan yang dilakukan Billy, dalam pribadi Allen, yang berbisnis narkoba atau sumpah-serapah Ragen atau Tommy yang berwatak keras dan antisosial.

Untungnya semua celah tersebut tertutupi dengan materi cerita yang dahsyat. Tetapi tentu novel ini akan lebih nikmat dibaca jika penerjemahannya lebih akurat dan cermat.

Di samping itu, dalam membaca novel ini, kita dipaksa memamah sederet fakta dan hasil riset ilmiah yang, bagi kalangan selain kedokteran dan pskiatri, agak lelah mencernanya.

Namun, mungkin demikianlah konsekuensi novel yang berdasarkan kisah nyata. Ia dituntut harus tetap fasih bercerita seraya anggun berkompromi dengan tuntutan pasar serta industri yang menuntut standar mainstream novel fiksi.

Yakni, antara lain, dialog yang terarah, klimaks, ketegangan dan antiklimaks, yang dicapai dengan salah satu bentuk kompromi yang diakui penulis sendiri yakni dengan menciptakan dramatisasi-dramatisasi atas dasar "kebebasan penyair" (hal. 16), tidak dengan tujuan menambah seru cerita karena bahan bakunya sendiri sudah sangat mendukung. Tetapi agar lebih masuk dalam logika masyarakat yang terbiasa dengan kaidah bacaan fiksi konvensional.

Akhir cerita novel yang menggantung mungkin terasa kurang greget atau kurang bersantan dalam selera konvensional yang terbiasa dengan akhir cerita yang umumnya tuntas (happy ending atau sad ending).

Namun, memang harus demikian, karena selain tokoh utama masih hidup dan berkutat dengan dunianya yang baru setelah menjadi pribadi yang utuh, tema tentang mengenal diri memang takkan pernah berakhir, tiada titik, hanya koma.

Nah, inilah yang membuat novel baheula ini tetap asyik dinikmati dan tidak basi, karena nilai-nilai yang ada di dalamnya adalah nilai universal yang langgeng adanya dalam peradaban manusia.

Jakarta, 9 November 2020

Baca Juga:

  1. https://www.kompasiana.com/nursalam-ar/5f9e7356d541df610e4cb5c5/wahai-nabi-yang-tak-minta-dibela
  2. https://www.kompasiana.com/nursalam-ar/5f9ef562d541df19eb7279f3/warkop-bernama-kompasiana
  3. https://www.kompasiana.com/nursalam-ar/5f9f1335d541df29ba34bd23/episode-banjir-jakarta-lagi

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun