Namun, mitos yang kelewat megah juga acapkali membelenggu dan memanjakan para pemuja yang menganggapnya sebagai hal yang taken for granted, diberikan begitu saja. Padahal realitas keseharian kita membuktikan bahwa there's no free lunch, tidak ada di dunia ini yang gratis. Semua perlu ikhtiar dan tekad kuat.
Versi resmi catatan sejarah nasional berbicara bahwa pada setiap pergolakan kekuasaan di negeri ini kalangan muda selalu tampil terdepan.
Sebut saja mulai dari Dokter Soetomo dari STOVIA, sebuah sekolah dokter Jawa yang didirikan Belanda, yang mendirikan Boedi Utomo. Gerakan-gerakan perjuangan kebangsaan tersebut memuncak pada 1928 ketika berbagai organisasi pemuda dari berbagai penjuru nusantara menyatukan tekad kebangsaan pada Kongres Pemuda II di Jakarta.
Saat proklamasi 1945, Soekarno dan rekan-rekan yang berusia 45-an tahun bergerak mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.
Tahun 1966, Soe Hoek Gie dkk gantian menggulingkan rezim Orde Lama yang dipimpin Soekarno, tokoh pemuda yang berubah menjadi tiran.
Tahun 1974, Hariman Siregar cs menggoyang hegemoni investasi Jepang di Indonesia di bawah rezim Orde Baru pimpinan Soeharto.
Tahun 1998, gerakan reformasi 1998 yang dimotori kalangan mahasiswa melengserkan Soeharto, seorang perwira muda berusia 46 tahun yang menggantikan Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) 1966, dan menjelma menjadi diktator yang berkuasa selama 32 tahun.
Selepas 1998 pun berbagai aksi demonstrasi, sebuah fakta yang kasat mata, banyak dilakukan pemuda dalam hal ini kalangan mahasiswa dan intelektual muda. Termasuk aksi demonstrasi penolakan Revisi UU KPK dan Omnibus Law di era Presiden Jokowi.
Ada pertanyaan besar: Apakah semua itu murni kontribusi pemuda? Tidakkah kelewat berat beban sejarah tersebut dipanggul sendirian oleh kalangan muda sebagai satu kalangan dari banyak elemen penyusun sebuah bangsa?
Namun, ada sebuah pertanyaan besar lain: apakah pemuda lebih merupakan kata sifat atau kata benda? Perhatikan berbagai fakta sejarah tersebut di atas.
Sebagai kata sifat, ia tidak butuh rupa fisik yang gagah. Sepanjang ia memiliki semangat dan visi perubahan, ia adalah pemuda.