Si perampok menarik perlahan-lahan ujung kakinya. Berhasil. Kucing hitam yang membelakanginya, bersiaga di kolong kursi, tidak menyadari bahaya yang mengancam.
"Hush!" teriak si perampok.
Kucing hitam itu terlonjak dan keluar dari persembunyian. Ujung belati yang tajam menyambut bagian tengkuknya. Si kucing meraung kesakitan yang amat sangat. Belati itu rupanya menembus cukup dalam.
Klik. Lampu kamar dinyalakan si perampok dengan senyum kemenangan. Tampaklah bekas perkelahian yang dahsyat barusan: meja kursi yang amburadul dan seonggok bangkai kucing yang meregang maut. Napasnya keluar satu-satu. Tubuhnya turun naik lemah.
Beberapa menit kemudian si perampok masih sempat membongkar lemari si nyonya tua.
Tapi apa itu? Sebayangan hitam berasal dari belakangnya berangsur-angsur membesar. Seperti kucing tapi lebih besar!
Si perampok menoleh ke belakang. Sekonyong-konyong bayangan itu menerkam ganas. Jeritan yang memilukan dan mengiris kalbu pun terlontar dari tenggorokan si perampok. Berkali-kali. Ditingkahi raungan dan geraman kencang.
Belati tajam yang awalnya perkasa kini kuyu dalam genggaman lengan yang tercerai dari pangkalnya. Lengan itu lepas, demikian juga nyawa pemiliknya.
***
Sepagi itu rumah sang nyonya tua sudah ramai.
Ramai polisi yang sibuk mengidentifikasi di tempat kejadian. Tetangga-tetangga berkerumun di depan marka garis polisi. Bermacam-macam obrolan mereka.