Saat berada di luar pemerintahan, kritik-kritik tajam dan argumentatif yang dilancarkannya terhadap sistem perekonomian Indonesia cukup menggetarkan dan memberikan pencerahan publik.
Dan ketangguhan SMI ketika berdebat di berbagai forum dengan pelbagai lawan debat, termasuk di kabinet, tetap terlihat, dan tidak lantas melembek ketika berada dalam sistem pemerintahan.
Di samping itu, ketika SMI memilih masuk pemerintahan sebagai teknokrat di era SBY pada 2005, ia konsisten mengimplementasikan ide-idenya tersebut.
Alhasil, pada 2006, SMI sukses menyabet penghargaan Euromoney Finance Minister of the Year dari majalah Euromoney. Dan, selama masa jabatannya pada tahun 2007, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,6%, yang merupakan indeks tertinggi sejak krisis finansial di Asia pada tahun 1997 atau sebelum runtuhnya Orde Baru pada 1998.
SMI juga pernah dinobatkan sebagai wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia pada 2007, Asia's Finance Minister of The Year pada 2007 dan 2008 versi majalah Emerging Markets, serta menduduki urutan ke-23 dan ke-38 wanita paling berpengaruh di dunia versi majalah Forbes masing-masing pada 2008 dan 2014.
Dan puncaknya pada 2018, SMI mendapat kusala Menteri Terbaik di Dunia (Best Minister Award) dalam acara World Government Summit di Uni Emirat Arab (UEA).
Kuda hitam pilpres 2024?
Tak heran, dengan kualifikasi dan rekam jejak cemerlang tersebut, alumnus FE-UI dan doktor ekonomi lulusan University of lllinois Urbana-Champaign, Amerika, tersebut, pernah diusung oleh sekelompok aktivis independen, yang tergabung dalam Solidaritas Masyarakat Indonesia untuk Keadilan (SMI-Keadilan), seperti Rocky Gerung, Rahman Tolleng, Fikri Jufri, dan Todung Mulya Lubis, sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2014 melalui kendaraan politik Partai SRI (Serikat Rakyat Independen) yang didirikan pada 2011.
Sayangnya partai gurem yang dipelopori oleh sebagian aktivis sosialis tersebut kandas di tahap verifikasi dan gagal berlaga di pemilu legislatif 2014, yang dengan demikian batal mengusung Sri Mulyani sebagai capres. Sri Mulyani sendiri diketahui berafiliasi independen dan tidak terkait dengan partai politik mana pun.
Namun, keikutsertaan SMI Â sebagai anggota dewan pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada pilpres 2019 silam cukup mencengangkan.