Dan kenahasan itu datang ketika Monitor mengadakan polling tentang tokoh yang dikagumi para pembacanya. Dan, dari ribuan kartu pos yang dikirimkan pembacanya, Monitor menampilkan hasil polling dengan telanjang dan apa adanya.Â
Polling, yang tanpa metodologi terukur dan terarah, itu menempatkan Nabi Muhammad di urutan kesebelas sementara Arswendo di urutan kesepuluh. Alhasil, meledaklah kemarahan umat Islam. Bahkan hingga terjadi pengepungan kantor KKG di Palmerah, Jakarta Barat. Gelombang unjuk rasa itu pun terus berlangsung hingga sidang vonis Arswendo yang mengantarkannya mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang, Jakarta Timur.
Kendati Arswendo sudah dibui dan kehilangan pekerjaannya serta Tabloid Monitor sudah meminta maaf dan bahkan ditutup, tetap saja stigma Kompas sebagai "Komando Pastur" tetap mengemuka. Dan kabar keislaman JO itu pun berhembus selepas peristiwa tersebut. Itu pun dicurigai sebagai bagian dari taktik JO dan KKG untuk menyelamatkan muka dan menyelamatkan diri.
Dalam spektrum narasi jurnalisme moderat yang diusung JO, yang disindir Rosihan Anwar sebagai "jurnalisme kepiting" alias kelewat berhati-hati, insiden Monitor jelas merupakan tamparan keras, dan tentu makin membuat JO lebih berhati-hati.Â
Dan, seiring waktu, bukti kejelian strategi JO itu terbukti. Karena, kendati Monitor sebagai anak usahanya tutup, namun KKG tetap eksis hingga saat ini dan bahkan beranak pinak dengan merambah berbagai bidang usaha lainnya, seperti perhotelan dll.
Terlepas dari apakah isu keislaman JO itu sekadar embusan angin surga belaka atau hoaks semata, apa pun agamanya, Jakob Oetama itu orang baik. Setidaknya, demikian menurut cerita ayah kawan saya yang seorang Muslim dan pensiunan staf desainer grafis di KKG.
Menurutnya, JO adalah figur bos yang baik hati dan royal. Dengan tanpa ijazah dan hanya bermodal keterampilan saja, karena ayah kawan saya itu putus kuliah desain grafis di sebuah universitas swasta, JO bersedia menerimanya bekerja di KKG bahkan hingga tiba masa pensiunnya.
Alhasil, pertanyaan tentang agama sebenarnya dari JO menjadi tidak relevan. Karena, sebagaimana yang dikatakan Gus Dur, yang juga sahabat akrab JO, "Apa pun agamamu, jika kamu berbuat baik, maka orang tidak akan menilai apa agamamu."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!