Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikah itu Bertukar Budaya, Bukan Hanya Cinta

26 Agustus 2020   18:07 Diperbarui: 28 Agustus 2020   00:02 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keragaman budaya Indonesia/Sumber: yuksinau.id

Back to laptop, Radin Inten sendiri wafat karena pengkhianatan orang sebangsanya. Berbekal informasi sang pengkhianat, atas perintah Belanda, dalam sebuah pesta rakyat disuguhkan hidangan mengandung daging kebo bule kepada Radin Inten.

Alhasil, sang pahlawan pun tak berdaya dan mudah ditaklukkan. Barangkali serupa dengan modus penaklukan terhadap Pitung, sang pendekar Betawi asal Marunda, yang gugur ditembus pelor emas Belanda berdasarkan informasi dari teman dekat sang pejuang.

Belanda, dalam catatan para sosiolog dan sejarawan, memang sangat memperhatikan faktor budaya dalam memahami dan menaklukkan tiap perlawanan di bumi Nusantara.

Yang fenomenal antara lain keberhasilan penaklukan perlawanan bersenjata di Aceh berkat studi gigih Dr. Snouck Hourgronje yang demi mempelajari Islam, sebagai elemen motivator utama dalam perjuangan rakyat Aceh, nekat menyelundup masuk ke Mekah dan berguru kepada masyaikh (para syeikh) di Masjidil Haram dan Mekah.

Alhasil, membangun keluarga tidaklah berlangsung dalam ruang hampa udara. Kita dan pasangan kita tidaklah muncul begitu saja ke dunia ini. Tetapi kita adalah anak ibu bapak kita dan putera-puteri budaya dan lingkungan asal kita.

Agama adalah panduan dan budaya merupakan pewarna keindahan berumahtangga. Pengetahuan dan pemahaman budaya tak pelak merupakan hal penting.

Konon, salah satu sebab awal Pangeran Trunojoyo atau Trunajaya dari Madura memberontak melawan Belanda adalah persoalan kesalahpahaman budaya.

Apa pasal? Rupanya ketika delegasi misi dagang Belanda disambut pihak kerajaan Madura, salah seorang kepala delegasi mengecup tangan permaisuri Trunojoyo.

Dalam budaya Barat, hal tersebut adalah sebuah penghormatan tulus. Namun, sebaliknya dalam perspektif ketimuran dan Jawa, terlebih dalam budaya masyarakat Madura yang berpegang teguh pada ajaran Islam, itu adalah sebuah kelancangan, bahkan pelecehan.

Alih-alih terjadi transaksi, yang terjadi kemudian adalah pertumpahan darah hebat antara kedua belah pihak.

Nah, tentu kita tak ingin keluarga kita kisruh atau pecah hanya karena persoalan budaya yang sebenarnya merupakan bumbu penyedap kehidupan berumahtangga. Sejatinya kadar bumbu itu harus pas, tidak boleh berlebih atau berkurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun