Nah, biasanya, di pagi hari saat sang anak keturunannya lahir, maka Ki Panggar akan tampak sekelebat bertengger di atap rumah atau dahan pohon di dekat tempat sang keturunannya dilahirkan. Ki Panggar juga diyakini menjadi pelindung anak keturunannya jika terancam mara bahaya.
Macan Ki Goyot
Sementara Ki Goyot adalah sosok macan putih gaib. Konon penampakannya lebih seperti hologram. Persisnya, seperti penampakan tokoh Al (Albert Calavicci) dalam serial TV populer Quantum Leap pada era 90-an.
Sebenarnya macan putih itu tidak bernama. Ki Goyot adalah nama pemilik sang macan penjaga. Untuk memudahkan, orang-orang setempat memanggilnya dengan nama sang pemilik. Sebagai macan penjaga, Ki Goyot bertugas menjaga tanah dan kebun sang pemilik dari gangguan orang orang jahat. Maklum sang pemiliknya adalah jawara dan tuan tanah di kampung Pengadegan di bilangan Jakarta Selatan.
Trah Ki Goyot juga merupakan keluarga besar utama dan terbanyak jumlah keturunannya di tempat kelahiranku. Aku sendiri termasuk cicit dari putri bungsu Ki Goyot bernama Putu. Kami memanggilnya Nek Putu. Semasa hidupnya Nek Putu adalah tabib dan paraji, dukun beranak.
Waktu kecil, aku pernah mendengar cerita dari ayahku (yang sejak kecil diasuh Nek Putu karena kedua orangtuanya bercerai sejak ayah berusia 1 tahun) tentang seorang pencuri yang berenang-renang berputar-putar berjam-jam di Kali Ciliwung, yang berbatasan dengan kebun buah Ki Goyot, hingga lemas karena ketakutan melihat sosok sang macan putih.
Demikian juga tentang kisah penerabas kebun yang terkencing-kencing digertak sang penjaga karena kelancangannya tersebut.
Namun tidak pernah ada cerita sang macan gaib itu memangsa orang. Ia hanya menggertak dan mengancam dengan wujudnya yang konon bisa membesar setinggi pohon kelapa.
Kini macan putih itu tak tentu keberadaannya.
Ayahku pernah ditawari mengurus sang macan putih. Namun ayah menolak. "Musyrik," kata beliau. "Kita cukup bergantung pada Allah saja," lanjutnya.
Memang, sebagai syarat mengurus sang macan, si pemilik harus menyediakan ancak, semacam sesajen dalam bahasa Betawi, pada  setiap malam tertentu bagi sang macan putih.