Malam merayap siput. Hujan menderap
Sepi meranggas hati. Dingin mendekap naluri
Mata susah pejam, angan layang liar
Kuraba sisi kasur. Kosong
Kapankah ia berpenghuni?
Hanya Takdir yang tahu
Sebagaimana pengetahuanNya akan rizki dan mati.
(Nursalam AR, Elegi Lajang, 2002)
Puisi karyaku itulah yang menemani malam-malamku saat itu sebagai lajang.
Menjadi lajang adalah berada dalam medan daya tarik-menarik antara keinginan dan pilihan. Banyak keinginan namun banyak pula pilihan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!