Demikian juga yang dicatat sejarah perihal beragam kisah penemuan atau kemenangan serta kisah-kisah perjuangan lainnya.
Dalam konteks politik, kurang keras bagaimana usaha seorang Prabowo Soebianto dalam ikhtiarnya untuk menjadi presiden Republik Indonesia?
Ia yang mantan militer telah berikhtiar sejak  2004 ketika mengikuti konvensi Partai Golkar yang berakhir pada kegagalan pertamanya. Kegagalan yang berulang pada pemilu presiden 2014 dan 2019? Mengapa hasil pemilu "mengkhianati" usaha keras sang mantan jenderal itu?
Itulah, yang saya sebutkan sebelumnya, ruang alternatif lain bernama "kegagalan" yang dengan tegas membantah validitas logika jargon salah kaprah tersebut.
Jika benar hasil itu tidak mengkhianati usaha, maka seorang Abraham Lincoln, salah seorang presiden terkemuka Amerika Serikat, akan langsung berhasil menjadi seorang senator pada beberapa kesempatan awal, tidak perlu sampai harus terpuruk berkali-kali terlebih dahulu.
Demikian juga Abe, panggilan akrab sang pahlawan penghapus perbudakan tersebut, akan langsung berhasil meraih kursi nomor wahid di tampuk kepemimpinan negeri Paman Sam tersebut, dan tidak perlu keok dahulu dalam pemilu presiden, mengingat ikhtiar luar biasanya sejak remaja dan sejak masih sebagai anggota senator.
Kesesatan berpikir
Berdasarkan hukum logika, jargon populer "hasil tidak mengkhianati usaha" merupakan contoh yang sempurna atas sebuah kesesatan berpikir. Inilah namanya "kesesatan relevansi".
Dalam istilah filsafat, inilah kesesatan relevansi yang tergolong "kesesatan non causa pro causa". Artinya, kesesatan ini dilakukan apabila seseorang menganggap sesuatu sebagai penyebab, padahal bukan penyebab atau bukan penyebab tunggal yang sesungguhnya.
Berdasarkan dua peristiwa yang terjadi secara berurutan, orang cenderung berkesimpulan bahwa peristiwa pertama merupakan penyebab bagi peristiwa kedua atau peristiwa kedua merupakan akibat dari peristiwa pertama, padahal urutan waktu saja tidak dengan sendirinya menunjukkan hubungan sebab-akibat atau kausalitas. Kesesatan ini juga dikenal dengan nama "kesesatan post hoc ergo propter hoc" (sesudahnya maka karenanya).
Alhasil, usaha bukanlah penyebab atau satu-satunya penyebab keberhasilan atau kegagalan. Tidak ada faktor tunggal dalam relasi tersebut, banyak faktor lain yang turut bermain, antara lain faktor intervensi manusia atau intervensi Tuhan yang karib kita kenal sebagai "takdir".