Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terbit Pandemi, Haruskah Empati Menepi?

3 Mei 2020   23:41 Diperbarui: 3 Mei 2020   23:41 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spanduk penolakan pemakaman korban COVID-19, bukti defisitnya empati/Sumber: rmol.id

Beberapa orang pelakunya telah dibekuk polisi berdasarkan UU ITE karena delik "ujaran kebencian". Lelaki dan perempuan, tak kenal jenis kelamin dan lintas agama serta keyakinan.

Sejatinya, kendati bertolak belakang, mereka berada dalam garis spektrum yang sama. Laksana mata uang koin, merekalah dua wajah yang melengkapi potret hilangnya empati sebagian warga bangsa ini.

Untunglah empati tidak sepenuhnya sirna dari masyarakat kita. Masih jauh lebih banyak golongan masyarakat yang masih peduli, yang rasa empatinya tidak turut menepi.

Di berbagai tempat, tumbuh gerakan penggalangan dana donasi untuk penyediaan APD maupun bantuan sembako untuk petugas medis dan kalangan terdampak COVID-19.

Ada beberapa grup WA donasi pandemi COVID-19 yang saya ikuti. Mulai dari grup WA orang kantor, kalangan penerjemah, dan alumni sekolah serta kuliah. Di samping itu, banyak juga lembaga amal serta sosial yang bergerilya menawarkan layanan jemput donasi COVID-19.

Saat kesulitan memang biasanya melahirkan dua kubu, yang peduli dan yang tidak peduli. Itu terjadi alami, dengan sendirinya. Namun, kita bisa memilih hendak ikut yang mana, hendak menjadi apa, dan akan seperti apa pertanggungjawaban kita nanti di hadapan Tuhan.

Mengelola harapan

Inisiatif mulia dari publik dan kalangan swasta itulah yang harus pandai dikelola pemerintah agar lebih terarah. Karena dalam perang global melawan COVID-19 ini, tugas setiap pemerintahan sejatinya tidak sekadar mengobati yang sakit dan mencegah orang sakit terinfeksi virus Korona, tetapi juga mesti melakukan langkah terpadu dalam berbagai bidang guna memutus rantai penyebaran virus Korona.

Termasuk dalam hal ini, mengelola semangat gotong royong publik dalam berdonasi, setidaknya agar tujuan dan target penerima lebih terarah dan lebih merata. Dan juga menumbuhkan dan merawat empati warga bangsa ini.

The leader is the dealer of hope, pemimpin itu adalah penyalur harapan.

Menyalurkan harapan, mengelola harapan, menumbuhkan serta mengelola semangat kebersamaan, termasuk menumbuhkan empati serta menjaga empati publik agar tidak terpinggirkan atau menepi dengan sendirinya. Itulah tugas pemimpin dan pemerintah berdasarkan konstitusi dan akal sehat serta aspirasi terdalam warga bangsa tanpa mengkalkulasi untung rugi ekonomis, apalagi menghitung-hitung laba pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun