Di saat seperti ini, saya agak menyesal juga tidak serius menekuni dunia perinvestoran saham, kendati saya pernah mengikuti pelatihan singkat tentang investasi saham resmi yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga berlangganan newsletter gratis dari beberapa komunitas investor saham.
Karena di saat krismon seperti sekarang ini, mengandalkan hasil imbal hasil (returns) investasi saham dari satu tempat saja, yakni sebuah bimbingan belajar, tidaklah cukup.
Untunglah saya masih punya bagian saham dari bisnis rumah kontrakan warisan almarhum ayah saya, yang cukup lumayan sebagai tambahan kocek keluarga.
Insya Allah, pandemi COVID-19 ini mengajarkan banyak hal, terutama pelajaran tentang pengaturan finansial dan ikhtiar bisnis. Terkadang kita baru sadar akan potensi dan peluang yang kita miliki setelah dihadapkan pada sebuah kesulitan besar. Orang bilang, the power of kepepet.
Melapangkan dada
Segenap ikhtiar duniawi memang perlu. Namun yang tak boleh dilewatkan adalah ikhtiar ukhrowi atau sebut saja "ikhtiar langit".
Saya percaya bahwa membina hubungan yang baik dengan Tuhan juga merupakan ikhtiar yang harus diupayakan dalam rangka memperkuat ketahanan ekonomi keluarga. Antara lain, dengan sabar dan tawakal.
Guru ngaji saya pernah berpesan, "Faiza azamta fatawakkal 'alallah". Jika kamu sudah bertekad atau berkomitmen, maka selanjutnya bertawakallah kepada Allah.
Termasuk juga bagian dari ikhtiar langit tersebut adalah melapangkan dada atas segala apa pun kesulitan yang menghimpit. Ikhlas, adalah istilah lainnya.
Sabar, syukur, tawakal, ikhlas, dan sedekah, adalah pranata "ikhtiar langit" yang dapat kita upayakan selain "ikhtiar bumi" seperti penghematan biaya dan pencarian sumber pemasukan lain.
Karena sesungguhnya Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuannya. Artinya, kita dapat bertahan dan menaklukkan ujian yang datang sepanjang kita sabar serta berusaha lebih mendekat kepada-Nya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!