Dalam khazanah kelakar khas orang Betawi, emas yang digadaikan disebut disekolain.
 "Biar pinter nanti kalo udah disekolain," canda saya kepada istri saya.
Sebagai "menteri keuangan keluarga", istri memang harus bisa dihibur hatinya, terutama jika harus merelakan sebagian simpananannya untuk "diinapkan sementara".
Dan sebagai imam keluarga atau kepala rumah tangga, saya juga harus menyemangati istri dan anak saya dalam krisis saat ini. Bahwa kondisi ini hanya akan sementara saja, dan kita harus kuat bertahan dengan segala upaya kita. Toh, badai pasti berlalu.
Ini persis sebagaimana perkataan Napoleon Bonaparte bahwa the leader is the dealer of hope, pemimpin itu adalah penyalur harapan.
Mencari sumber pemasukan alternatif
Namun memang tak cukup hanya sekadar bertahan. Sebagaimana filosofi sepak bola, salah satu olahraga kegemaran saya selain catur, "serangan adalah pertahanan yang terbaik".
Jika kesulitan ekonomi adalah lawan tanding kita, maka selain berhemat, kita juga harus menyerang atau dapat dimaknai sebagai aktif melakukan pencarian sumber pemasukan alternatif. Cari uang tambahan, sederhananya.
Caranya, antara lain, dengan memaksimalkan potensi ekonomi dunia daring . Seperti berjualan buku dan busana muslim dan muslimah via marketplace (lokapasar), misalnya.
Termasuk juga lebih menyeriusi dunia online blogging. Blogging di beberapa platform pun saya jabanin dengan lebih serius. Kompasiana, salah satunya. Kendati K-Rewards Maret 2020 yang baru pertama kali saya dapatkan sebesar seperlima juta belum cair sampai saat ini. Setidaknya, cukup lumayanlah nominalnya untuk tambahan pemasukan.
Namun, yang terpenting dan untuk tujuan jangka panjang, blog Kompasiana, bagi saya, merupakan portofilo pribadi saya untuk pencapaian dan realisasi potensi lain ke depannya.