Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perihal Jodoh

23 Maret 2020   20:56 Diperbarui: 23 Maret 2020   21:14 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu adegan menarik dalam film The Sweetest Thing produksi Hollywood (2003) ketika salah seorang gadis menghibur rekannya yang baru saja putus cinta,"Jika kamu mempersiapkan dirimu, pada saatnya pasangan hidupmu akan tersedia secara alami."

Termasuk persiapan mental spiritual dan persiapan finansial. Termasuk dalam persiapan mental adalah membina kesabaran. Kesabaran juga merupakan syarat mutlak kebahagiaan dan keteguhan pernikahan. Inilah produk dari apa yang disebut kepribadian yang matang (mature personality).

Konon di zaman Tiongkok kuno, seorang kaisar Tiongkok kuno bertanya kepada seorang kepala suku ddari suatu suku yang selama berabad-abad dikenal memiliki tradisi pernikahan yang berbahagia, "Apakah kunci kebahagiaan itu?"

Kepala suku itu menjawab dengan menuliskan sebuah kata "Sabar" sebanyak seratus kali.

Membina kesabaran sebagai bagian dari persiapan mental spiritual mengarah pada kematangan emosional dan sosial.

Salah satu bentuk kematangan emosional adalah kemandirian, melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang tua atau wali atau pihak lain yang terlalu dominan dalam hidup kita.

Sementara salah satu bentuk kematangan sosial adalah kemampuan diri untuk beradaptasi dan menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain. Seseorang dapat disebut matang jika mampu memahami kondisi orang lain, baik kekurangan maupun kelebihan yang dimilikinya, sehingga memudahkannya untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Untuk persiapan finansial, jika belum mapan berbisnis atau bekerja kantoran, setidaknya peganglah prinsip "yang penting tetap berpenghasilan". Tetap berpenghasilan kendati belum atau tidak berpenghasilan tetap.

Jika tabungan belum mencukupi, bekerjalah atau berbisnislah lebih keras dan lebih cerdas. Buka usaha sampingan atau peluang halal lainnya, atau carilah kerja sampingan atau freelance guna menambah pundi-pundi tabungan pernikahan.

Toh, seperti kata Robert Kiyosaki, uang adalah masalah ide. Lagipula itulah tantangan awal sebagai pondasi berumahtangga kelak. Tak heran bila Abraham Maslow, sang psikolog masyhur yang menikah muda pada usia 21 tahun, menyebut pernikahan sebagai jenjang menuju kedewasaan sejati.

Lantas apakah persoalan finansial benar-benar menjadi masalah untuk segera menikah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun