Di tingkat minimal, setidaknya untuk tetap taat pada ulil amri (pemerintah) untuk tetap di rumah dan mengurangi kegiatan di luar, dan juga berdonasi untuk kalangan medis sebagai garda terdepan dan juga bagi kalangan tak beruntung yang terdampak paling besar dari wabah COVID-19 ini.
Sebagaimana saya sebutkan di atas bahwa segala sesuatu ada hikmahnya.
Kenapa wabah virus Korona terjadi saat Isra Mikraj dan puncaknya diperkirakan saat Ramadhan? Barangkali Tuhan tengah mempersiapkan kita semua.
Dalam hadisnya, Rasulullah mengisyaratkan bahwa bulan Rajab dan Syakban adalah bulan persiapan sebelum Ramadhan. Ibaratnya, kedua bulan dalam Tahun Hijriah itu adalah pelatnas (pemusatan pelatihan nasional) sebelum ajang olahraga berskala besar seperti SEA Games, Asian Games, atau Olimpiade.
Sejatinya Ramadhan sebagai bulan penempaan keimanan dan pembakar dosa dengan aktivitas puasa (shaum) dan ibadah lainnya seperti sholat Tarawih, sahur, zakat dan tilawah Al-Qur'an adalah puncak pemusatan aktivitas rohani kita. Dan Isra Mikraj yang jatuh pada 27 Rajab adalah alarm pengingat bahwa sedikit lagi kita memasuki Ramadhan; kita harus bersiap-siap. Bukankah sebagian persiapan adalah separuh kemenangan?
Dan jika kita sukses berjaya melalui Ramadhan, bukan hanya puncak kesalehan pribadi yang menjadi buahnya tetapi juga kesalehan sosial yang akan tercipta melalui aktivitas zakat, salah satunya. Dan ini bukan hanya berdampak baik bagi diri kita pribadi tetapi juga lingkungan dan bangsa ini secara umum.
Terlebih jika sesuai prediksi wabah virus Korona berpuncak saat Ramadhan maka di saat bulan suci kita pun akan didorong lebih intens dan khusyuk beribadah di tengah puncak salah satu ujian-Nya itu.
Tuhan tidak kejam, Ia tengah menguji kita, dan tengah membuktikan kebesaran-Nya bahwa manusia itu kecil dan hanya Ia yang Maha-Besar, Allahu Akbar.
Ketika kita sebagai manusia telah menyadari betapa kecilnya kita dan kemahabesaran Tuhan, di situlah puncak transendensi keimanan seseorang demi mencapai ridho-Nya.
Masalahnya, sanggupkah kita dan sabarkah kita? Tentu saja ini bukan hal mudah, semudah membalik telapak tangan. Dan kita pun butuh alarm yang mengingatkan sejauh mana persiapan dan ketahanan kita menghadapi semua ini.
Innalloha ma'as shobirin. Sesungguhnya Tuhan bersama orang-orang yang sabar.