Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Begal Payudara, Sadisme atau Hiperbolisme?

7 Maret 2020   18:03 Diperbarui: 8 Maret 2020   14:03 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya, yang terjadi dalam "pembegalan payudara" atau apa yang dilakukan para "begal payudara" adalah tindakan pelecehan seksual berupa peremasan payudara atau buah susu atau tetek para korbannya, yang semuanya adalah kaum wanita.

Hal ini terlepas dari apakah status "wanita" atau "perempuan" yang disandang para korban adalah status alamiah atau suatu transformasi identitas kependudukan. Ini juga terlepas dari apakah objek yang diremas atau dilecehkan itu produk alamiah sejak lahir atau hasil operasi buatan.

Berdasarkan modus operandinya, dalam tindakan "pembegalan payudara", apakah objeknya diambil dengan paksa atau dengan kekerasan? Atau dirampas atau disita? Atau dirusakkan atau dihancurkan?

Tentu tidak, objek tersebut tetap utuh secara fisik, namun yang rusak atau terluka adalah rasa kehormatan atau harga diri para korbannya, yang rata-rata mengalami shock atau guncangan kejiwaan.

Dengan demikian, sesuai pembahasan tersebut, istilah "begal payudara", kendati termaktub dalam Wikipedia, jelas sangat tidak tepat makna, menyesatkan, dan bahkan suatu hiperbolisme yang kelewat batas.

Sebut saja para pelaku tindak kejahatan itu sebagai "peremas payudara" atau "peleceh payudara".

Karena salah satu makna "peleceh" adalah "orang yang suka meremehkan (merendahkan) orang lain" dan perbuatannya yakni "pelecehan" atau "melecehkan" bermakna "memandang rendah (tidak berharga); menghinakan; mengabaikan".

Namun, jika dirasa istilah "peremas payudara" atau "peleceh payudara" bagi kalangan media di Indonesia dianggap terlalu konservatif atau biasa-biasa saja, sementara niat awal mereka memunculkan istilah "begal payudara" adalah agar dalam benak publik tertanam asosiasi bahwa tindak kejahatan para pelaku begal payudara juga tak kalah mengerikan atau sadisnya seperti para pembegal sepeda motor, maka semestinya mereka bisa lebih kreatif menciptakan suatu istilah baru yang dramatis atau eye-catching namun tetap tepat makna dalam konteks bahasa Indonesia.

Dalam hal ini, bisa saja kita gunakan istilah "perogol payudara".

Dalam bahasa Melayu Malaysia, istilah "perogol" atau "rogol" mengacu pada pelaku pemerkosaan atau pemerkosa dan tindakan pemerkosaan.

Dan kata "rogol" sendiri, yang berasal dari khazanah bahasa Melayu yang juga merupakan sumber bagi bahasa Indonesia, juga bukan suatu kata asing, karena dapat ditemui dalam KBBI, tidak hanya dalam Kamus Dewan (KBBI-nya Malaysia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun