Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

DPRD DKI Versus Anies: Pansus atau Pansos?

7 Maret 2020   00:21 Diperbarui: 10 Maret 2020   16:32 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlebih lagi kekuatan oposisi Anies di DPRD DKI Jakarta yakni gerbong Koalisi Indonesia Kerja (pendukung Jokowi) yakni PDIP, Golkar, Nasdem, PKB, PPP, dan PSI cukup dominan untuk menenggelamkan Gerindra dan PKS yang masing-masing hanya meraih 19 dan 16 kursi parlemen.

Bagaimana pun politik adalah seni kemungkinan (art of politics), apa pun bisa terjadi. Termasuk berpisah dengan kawan seiring dan menggandeng lawan tarung semata-mata demi suatu tujuan tertentu.

Toh, ada adagium politik yang bilang bahwa tidak ada sekutu atau seteru abadi dalam politik, yang ada adalah kepentingan yang abadi.

Ketiga, mengapa Pansus memanggil Ahok yang nota bene mantan gubernur DKI Jakarta periode sebelumnya yang juga dapat dikatakan tidak berhasil menanggulangi banjir di era kepemimpinannya?

Dalam hal ini, jelas Pansus yang dimotori PDIP "masih terjebak cinta lama" alias belum move on, meminjam istilah anak milenial.

Cinta Lama Belum Kelar (CLBK) ini terkait erat dengan dukungan penuh PDIP dan partai koalisinya pada pilkada DKI 2017 untuk pasangan Ahok-Djarot yang pada akhirnya tumbang dengan raihan 42 persen suara. Ditambah dengan kedekatan personal Jokowi dengan Ahok yang pernah mendampinginya sebagai wagub DKI pada pilkada 2012 mengalahkan gubernur petahana Fauzi Bowo atau Foke.

Buktinya, selepas menjalani hukuman terungku karena kasus penistaan agama atau populer disebut "Kasus Al Maidah 61", Ahok, anak saudagar Kristen Tionghoa asal Bangka, ditunjuk sebagai Komisaris Utama PT Pertamina, salah satu BUMN migas terpenting di negeri ini.

Dan belumlah seumur jagung masa jabatan Ahok (yang sekarang lebih suka dipanggil BTP) sebagai Preskom atau Komut Pertamina, Presiden Jokowi kembali memasukkan nama sohib kentalnya itu dalam daftar kandidat CEO Badan Otoritas Ibu Kota Negara (IKN) yang akan mengurus ibu kota baru RI di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Kemudian, jika berbicara fakta realita penanggulangan banjir Jakarta di era kepemimpinan Ahok, sebetulnya rekam jejaknya relatif biasa-biasa saja, sebagaimana rekam jejak para gubernur Jakarta sebelumnya.

Jika ada hiperbolisasi dari para partai pendukung atau barisan relawannya bahwa Jokowi dan Ahok berhasil mengatasi banjir Jakarta, mestinya, secara logika,  saat ini Jakarta sudah tidak lagi kebanjiran karena sudah ada sistem penanggulangan banjir yang efektif dan efisien yang diklaim sebagai hasil kerja Jokowi dan Ahok.

Tapi, nyatanya, toh, Jakarta masih kebanjiran juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun