Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Ketika Superhero Bertarung dengan Hero, Adiwira, dan Adisatria

5 Maret 2020   17:04 Diperbarui: 6 Maret 2020   06:36 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film | Youtube.com Gundala

Tempo hari, tepatnya pada Agustus 2019, Gundala, salah satu karakter komik superhero karya Hasmi (Harya Suraminata), salah satu komikus legendaris Indonesia, resmi diangkat ke layar lebar oleh sutradara Joko Anwar dengan judul Gundala.

Karakter komik asli Indonesia terbitan 1969 (yang berjudul Gundala Putera Petir), yang merupakan adiwira The Flash made in Indonesia itu diperankan oleh aktor gagah rupawan Abimana Aryasatya, yang kondang antara lain lewat perannya sebagai komedian (almarhum) Dono Warkop DKI di film Warkop DKI Reborn (2016).

Sebagai pelengkap film hero Indonesia perdana tersebut, rencananya film Sri Asih (karakter dalam komik karya R.A. Kosasih dengan judul yang sama) ditayangkan pada November 2019, namun kemudian diundur hingga tahun 2021 untuk persiapan yang lebih matang, kabarnya. Tokoh Sri Asih, yang dibintangi oleh aktris jelita Pevita Pearce, adalah karakter komik serupa adisatria Wonder Woman produksi DC Comics pada 1940-an.

Komik Sri Asih/Sumber: bumilangit.com
Komik Sri Asih/Sumber: bumilangit.com

Tunggu dulu, kok penggunaan diksinya tidak konsisten? Sebelumnya "superhero", kemudian berganti jadi "hero", "adiwira" dan "adisatria". Sebetulnya, yang mana yang benar ya? Mungkin demikian protes Anda sebagai pembaca.

Saya hanya ingin menunjukkan kekayaan khazanah bahasa Indonesia yang sebenarnya tidak semiskin yang kita duga atau persepsikan. Terkadang persepsi kita banyak dipengaruhi oleh jauh dekatnya jarak kita dengan suatu objek atau tingkat pengetahuan kita atas objek tersebut.

Nah, untuk suatu kata "superhero" saja, misalnya, ada beragam padanan diksi atau pilihan kata yang bisa dipilih. Selain pahlawan super yang merupakan padanan klasik atau konservatif, ada opsi superhero, hero, adiwira, adisatria, kesatria, dan jawara adidaya.

Superhero dan Hero

Menurut kamus Merriam-Webster, salah satu kamus klasik bahasa Inggris, "superhero" didefinisikan sebagai "a fictional hero having extraordinary or superhuman powers" atau "pahlawan fiksi yang memiliki kekuatan luar biasa atau kekuatan manusia super".

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebagai acuan standar berbahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar, tidak mengakui "superhero" sebagai suatu kata baku, dan hanya menyerap "hero".

Dalam KBBI, "Hero" didefinisikan sebagai (1) orang yang dihormati karena keberanian (pribadi yang mulia dan sebagainya); pahlawan; (2) orang yang dikagumi karena kecakapan, prestasi, atau karena sebagai idola; (3) tokoh utama dalam novel, puisi, dan sebagainya yang mampu menimbulkan rasa simpati pembaca, dan (4) sosok pahlawan dalam drama.

Adiwira dan Adisatria

Dalam KBBI edisi termutakhir yakni KBBI V, "adiwira" sebagai padanan "superhero" didefinisikan sebagai "pahlawan super". Cukup simpel.

Ivan Lanin sendiri, sebagai evangelis bahasa Indonesia (julukan yang disematkan harian The Jakarta Post), melalui cuitannya di platform media sosial Twitter cenderung merekomendasikan diksi ini alih-alih "adisatria" yang justru belum diakui KBBI sebagai padanan untuk "superhero".

Diduga karena, menurut KBBI, bentuk yang baku adalah "kesatria" yang definisinya adalah (1) orang (prajurit, perwira) yang gagah berani; pemberani, dan (2) kasta kedua dalam masyarakat Hindu; kasta bangsawan atau kasta prajurit. Sementara bentuk tidak bakunya adalah "ksatria" dan "satria" (yang merupakan unsur pembentuk kata "adisatria").

Jawara Adidaya

Istilah yang diperkenalkan laman Wikipedia ini terdiri dari kombinasi kata "jawara" dan "adidaya".

Dalam KBBI, "jawara" adalah sebutan untuk "pendekar" atau "jagoan". Sementara "adidaya", yang umumnya dipadankan dengan "superpower", mengacu pada "adikuasa".

Alhasil, "jawara adidaya" adalah "pendekar atau jagoan yang memiliki daya atau kekuatan super".

Pertarungan di Ruang Publik

Nah, terlepas dari standar kebakuan suatu kata, semua istilah atau kata tersebut sah-sah saja dipertarungkan dalam jagat kata atau di ruang publik dalam lingkup khazanah bahasa Indonesia.

Toh, publik pengguna atau masyarakat pemakai bahasa Indonesia sendiri yang akan menentukan kata apa yang paling populer terpilih dan kata apa yang bakal tersingkir secara alamiah.

Sekadar contoh kasus, misalnya, kata "meme" dan "milenial" (yang diserap dari "meme" dan "millenial"), pada akhirnya sukses masuk KBBI setelah sedemikian populernya digunakan masyarakat Indonesia, terutama dalam tahun-tahun jelang pemilu 2019, yang banyak menggunakan dua kata tersebut baik dalam kampanye maupun dalam pergaulan keseharian dalam suatu negara yang konon diberkahi bonus demografi generasi milenial ini.

Demikian juga dengan "partner", "platform", dan "vendor" yang bernasib baik serupa, yang mungkin karena kontribusi faktor kebutuhan masyarakat dan faktor kepraktisan pelafalan atau penulisan serta kelaziman penggunaan di tengah masyarakat.

Ada juga kisah tragis tersungkurnya "sangkil" dan "mangkus" yang semula diperkenalkan oleh Pusat Bahasa untuk menggantikan istilah "efektif" dan "efisien" (yang diserap dari kata "effective" dan "efficient").

Dua kata tersebut jarang sekali digunakan, bahkan dapat dikatakan langka. Kehadirannya relatif hanya mengisi ruang sunyi dalam kamus atau arsip kata kalangan elite pujangga, yang berjarak dari masyarakat awam.

Takdir serupa yang tampaknya bakal dijumpai oleh padanan istilah kata bidang komputer dan teknologi informasi (TI) seperti "peladen" (server), "diska lepas" (flash disc, yang justru salah kaprah dan salah terjemahan, karena versi bahasa Inggris yang tepat sebetulnya "flash drive"), atau "tembolok" atau "memori singgahan" untuk padanan "cache".

Nah, kembali ke konteks padanan kata untuk "superhero", kita tunggu saja manakah kata yang akan lebih berjaya atau yang manakah yang akan punah: superhero, pahlawan super, hero, adiwira, adisatria, kesatria, satria, atau jawara adidaya. Biarlah waktu dan khalayak ramai yang akan menjadi hakim penentunya.

Untuk sementara waktu ini, kita nikmati saja pertarungan kata-kata tersebut di ruang publik dan dalam ranah sosial budaya bangsa kita sebagai suatu intellectual exercise (pergulatan intelektual) guna memperkaya kematangan dan kedewasaan bahasa persatuan nasional kita, Bahasa Indonesia.

Ingat ya, Bahasa Indonesia, bukan sekadar Bahasa.

Karet Tieng Shin, 5 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun