Dalam KBBI edisi termutakhir yakni KBBI V, "adiwira" sebagai padanan "superhero" didefinisikan sebagai "pahlawan super". Cukup simpel.
Ivan Lanin sendiri, sebagai evangelis bahasa Indonesia (julukan yang disematkan harian The Jakarta Post), melalui cuitannya di platform media sosial Twitter cenderung merekomendasikan diksi ini alih-alih "adisatria" yang justru belum diakui KBBI sebagai padanan untuk "superhero".
Diduga karena, menurut KBBI, bentuk yang baku adalah "kesatria" yang definisinya adalah (1) orang (prajurit, perwira) yang gagah berani; pemberani, dan (2) kasta kedua dalam masyarakat Hindu; kasta bangsawan atau kasta prajurit. Sementara bentuk tidak bakunya adalah "ksatria" dan "satria" (yang merupakan unsur pembentuk kata "adisatria").
Istilah yang diperkenalkan laman Wikipedia ini terdiri dari kombinasi kata "jawara" dan "adidaya".
Dalam KBBI, "jawara" adalah sebutan untuk "pendekar" atau "jagoan". Sementara "adidaya", yang umumnya dipadankan dengan "superpower", mengacu pada "adikuasa".
Alhasil, "jawara adidaya" adalah "pendekar atau jagoan yang memiliki daya atau kekuatan super".
Pertarungan di Ruang Publik
Nah, terlepas dari standar kebakuan suatu kata, semua istilah atau kata tersebut sah-sah saja dipertarungkan dalam jagat kata atau di ruang publik dalam lingkup khazanah bahasa Indonesia.
Toh, publik pengguna atau masyarakat pemakai bahasa Indonesia sendiri yang akan menentukan kata apa yang paling populer terpilih dan kata apa yang bakal tersingkir secara alamiah.