Mohon tunggu...
Nursalam AR
Nursalam AR Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah

Penerjemah dan konsultan bahasa. Pendiri Komunitas Penerjemah Hukum Indonesia (KOPHI) dan grup FB Terjemahan Hukum (Legal Translation). Penulis buku "Kamus High Quality Jomblo" dan kumpulan cerpen "Dongeng Kampung Kecil". Instagram: @bungsalamofficial. Blog: nursalam.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Ketika Superhero Bertarung dengan Hero, Adiwira, dan Adisatria

5 Maret 2020   17:04 Diperbarui: 6 Maret 2020   06:36 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekadar contoh kasus, misalnya, kata "meme" dan "milenial" (yang diserap dari "meme" dan "millenial"), pada akhirnya sukses masuk KBBI setelah sedemikian populernya digunakan masyarakat Indonesia, terutama dalam tahun-tahun jelang pemilu 2019, yang banyak menggunakan dua kata tersebut baik dalam kampanye maupun dalam pergaulan keseharian dalam suatu negara yang konon diberkahi bonus demografi generasi milenial ini.

Demikian juga dengan "partner", "platform", dan "vendor" yang bernasib baik serupa, yang mungkin karena kontribusi faktor kebutuhan masyarakat dan faktor kepraktisan pelafalan atau penulisan serta kelaziman penggunaan di tengah masyarakat.

Ada juga kisah tragis tersungkurnya "sangkil" dan "mangkus" yang semula diperkenalkan oleh Pusat Bahasa untuk menggantikan istilah "efektif" dan "efisien" (yang diserap dari kata "effective" dan "efficient").

Dua kata tersebut jarang sekali digunakan, bahkan dapat dikatakan langka. Kehadirannya relatif hanya mengisi ruang sunyi dalam kamus atau arsip kata kalangan elite pujangga, yang berjarak dari masyarakat awam.

Takdir serupa yang tampaknya bakal dijumpai oleh padanan istilah kata bidang komputer dan teknologi informasi (TI) seperti "peladen" (server), "diska lepas" (flash disc, yang justru salah kaprah dan salah terjemahan, karena versi bahasa Inggris yang tepat sebetulnya "flash drive"), atau "tembolok" atau "memori singgahan" untuk padanan "cache".

Nah, kembali ke konteks padanan kata untuk "superhero", kita tunggu saja manakah kata yang akan lebih berjaya atau yang manakah yang akan punah: superhero, pahlawan super, hero, adiwira, adisatria, kesatria, satria, atau jawara adidaya. Biarlah waktu dan khalayak ramai yang akan menjadi hakim penentunya.

Untuk sementara waktu ini, kita nikmati saja pertarungan kata-kata tersebut di ruang publik dan dalam ranah sosial budaya bangsa kita sebagai suatu intellectual exercise (pergulatan intelektual) guna memperkaya kematangan dan kedewasaan bahasa persatuan nasional kita, Bahasa Indonesia.

Ingat ya, Bahasa Indonesia, bukan sekadar Bahasa.

Karet Tieng Shin, 5 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun