Langkah awal meniti ide-ide yang sudah disusun tidak semudah membuang jarum ke dalam tumpukan jerami. Menapaki jalan setapak di bilangan Ciledug, ada banyak kendala yang Edy dapat, seperti niat baiknya dipertanyakan lebih masak oleh tokoh setempat, menolak karena ingin langsung mendapatkan bantuan beruapa uang.Â
Fasilitas apa yang akan diberikan dan lainnya. Ibarat dari 10, hanya satu yang kala itu mau menerima tawaran kerjasamanya. Akhirnya, dibuatlah komitmen kepada tim untuk mendapatkan binaan sampai berhasil.
Berhasil membina satu warga, Edy pindah ke lokasi lain, Kedaung, Tangerang Selatan. Berkat satu binaan yang telah berhasil ia bina. Banyak dari masyarakat Kedaung tertarik mengikuti programnya.
Secara intensif, ibu-ibu di kampung Kedaung ini mendapatkan pembinaan dasar selama satu bulan, satu pekan dua kali pertemuan. Hal awal yang diajarkan adalah menekankan pemikiran mendasar mengenai gerakan pilah sampah.
Bagi Edy, ibu-ibu yang tergabung sudah harus memiliki rasa tanggung jawab dari sampah yang mereka produksi sendiri. Barulah, penyelesaian pengurangan sampah dilakukan dengan pendekatan handycraft.
Ketekunan dan semangat warga Kedaung mampu memperlihatkan kelihaian tangan-tangan seorang ibu dalam membuat aneka produk kerajinan. Puas dengan hasilnya, Edy pun memberikan mesin jahit kepada warga kampung Kedaung, dan ia carikan perusahaan untuk diaktivasi pemberdayaan tersebut.
Hingga kini, binaan ibu-ibu di Kedaung mampu menghasilkan aneka produk crafting, kerajinan tangan, karikatur sampah, dompet dan aksesoris. Seluruh produk ini mampu meraup keuntungan 900% dengan pembagian hasil 70:30. 70% diberikan kepada warga ibu-ibu Kedaung, 30% dialokasikan untuk maintanance program Ebi Bag.
Untuk distribusinya sendiri, dua model penjualan secara teknis. Business to business dan business to customer.
B2B, menjadi model bisnis di mana melalui Ebi Bag bekerjasama dengan perusahaan. Modelnya, membeli produk secara massal dengan menyesuaikan value yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.
Kesuksesan dari program Ebi Bag tidak lepas juga dari kerjasama setiap mahasiswa yang memiliki kempetisi di bidangnya masing-masing. Di sini, Edy banyak berkolaborasi dengan berbagai lini mahasiswa entrepreneur yang kompeten. Menurutnya, berkolaborasi jauh lebih bernilai, dan lebih berarti daripada sekedar berkompetisi.
Memiliki niatan untuk bisa masuk ke lingkup lapas pernah terbesit dalam benak Edy. Tapi, siapa sangka kalau melalui Ebi Bag ia berhasil menjadi salah satu vendor di bidang bisnis handycraft yang diajak bekerjasama dengan BNPT dan masuk ke lapas khusus Terorisme.