Dijelaskan kembali, zaman simulai berarti masa di mana kita hidup dalam perkembangan teknologi informasi dan dunia digital yang di dalamnya akan membuat banyak orang harus meraba-raba suatu kebenaran yang nyata dan mungkin semuanya adalah kebohongan.
Pada penjelasan tersebut, bisa dikita bayangkan seksama. Betapa saat ini, akses informasi merajalela di dunia maya dengan mudah masuk atau bahkan dengan mudah ditemukan yang terkadang sulit dibedakan dengan mudah akan kebenarannya. Tak jarang, berita yang didapat tersebut kini diterima dengan mentah-mentah lantaran apa yang disajikan dalam media tersebut "dianggap" sudah terbukti benar.
Ya, bukankah ini menjadi suatu kebenaran kalau saat ini kita berada dalam kontrol media melalui informasi-informasi yang disajikan?! Maka, di sinilah pertualangan kita dimulai. Bagaimana bisa mensiasati hidup di era kebohongan media dari berita hoax ini?
Bertahan dari Gempuran Berita Palsu? Cari Bukti!Â
"Berita palsu hanyalah gejala. Penyakit sesungguhnya adalah berkurangnya keinginan mencari bukti, mempertanyakan sesuatu, dan berpikir kritis."
Ya, kutipan di atas boleh saya dapati dari tulisan Farinia Fianto yang berjudul Empati Digital bagi Generasi Millenial. Pada kutipan ini kembali membawa ingatan saya pada materi yang disampaikan oleh Ibu Rosarita Niken yang menjelaskan ciri-ciri berita hoax.
Dijelaskan, kalau ciri-ciri berita hoax memiliki 11 tanda yang bisa dikenali:
1. Menciptakan kecemasa, kebencian, permusuhan dan lainnya.
2. Sumber tidak jelas dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawa  atau klarifikasi.
3. Pesan sepihak, menyerang dan tidak netral atau berat sebelah.