Masihkah aku berguna
(lebih baik kita berjalan meski harus terjatuh, dari pada diam terus membusuk)
Kembali istirahat, mataharipun sudah terbenam di ujung barat dan angin-angin malam telah tiba menenangkan hatiku. Semua manusia sudah kembali kerumahnya masing-masing, aku pula begitu pulang kekosku untuk mengistirahatkan diri yang letih oleh panas bercampur dingin dikota ini (malang indonesia) yang berjajaran banyak dari sejenis kita yang berkuasa. Anginpun sudah berlalu dan suara kenalpot brongpun sudah tidak lagi mengganggu, satu persatu sudah menghilang. Pintu kontrakanku (gang gajayana) sudah dikunci dari tadi, kamar-kamarpun sudah tertutup dan terkunci. Tinggallah aku yang terlambat dan tak kebagian tidur malam yag begitu menyenyakkan oleh beben masalah dari keluargaku yang begitu disiksa oleh cobaan allah.
Tak lama setelah aku menyetel ulang alarm hpku yang sudah jadul tanpa arti bagi anak muda sekarang ini, untuk bangun pagi-pagi sekali sudah berbunyi “ting tang ting tung” sekian kencang, akupun merasa terganggu olehnya. Tanpa sadar bahwa itu aku yang mengaturnya sekitar 10 detik alarm itu berbunyi akupun langsung mengambil hpku dan langsung mematikannya dan kembali tidur dengan pulas bersama mimpi yang melayang-layang. Seketika aku terbangun kembali ternyata matahari sudah bersinar hingga menembus dinding kaca yang ada dikamar kosku saat itu aku langsung terkejut dan kembali menghidupkan hpku kembali yang tadinya kumatikan dan ternyata sudah jam 7 dan aku langsung berkata “agstagfirullah hal adzim” ya allah aku sudah lalai hari ini. Aku berputus asa waktu itu karena kuliahku jam setengah 7 dan aku memilih tidur lagi karena sudah terlanjur lalai untuk kepuasanku, namun perasaaan resah dan gelisah berbisik padaku.
Wahai sang pendusta yang tak kenal bosan....
Kapankah engkau akan melangkah..??
Bulan sudah meredup dan matahari sudah bersinar
Namun engkau masih terlena oleh dunia..
Pagi yang teramat indah kau sia-siakan sedemikian mudah..
Baunya yang menenangkan jiwa kau abaikan
Oh sang pendusta...........
Mendekatlah dan cari dirimu..
Bersama pagi yang cerah ini..
Mendengar bisikan itu aku langsung terbangun dan mencari sumber bisikan itu. Tanpa rasa takut dan putus asa aku berdiri menuju jendela kamarku, ternyata pagi ini sangat menakjubkan dari pada kemaren. Fikiran langsung tertuju ke kamar mandi, air itu sangat dingin untuk ku sentuh terpaksa aku harus mencuci muka saja, muka yang berlumuran dosa dengan pandangan cermin yang kuanggap tak mungkin bisa rasanya bila aku akan seperti mereka dikemudian hari.
Rasa percaya diripun datang menjemputku dan mengantarku untuk kembali menuju bangku kuliah, tanpa parfum dan tak sempat mengganti baju aku sudah sampai dihalaman parkiran kampus. Pagi-pagi sekali, kampus tidak sekian ramai oleh mahasiswa. Dengan tas gendongku aku langsung menuju ruang kuliah, sesampainya disana pintu sudah tertutup sekian rapat dengan ganggangnya yang begitu menakutkan bagi para mahasasiswa yang memeganggnya. Namun aku (zainalnanursai) tanpa ketok pintu langsung membukanya sambil berkata,
Zainalna nursai ,Selamat pagi buk..
Bu dosen ,Iyya pagi mas silahkan masuk.
Zainalna nursai ,oh terima kasih buk....
Bu dosen ,kenapa kok telat mas.?? Ujar bu dosen .
Zainalna nursai ,dengan lantang aku jawab, ketiduran buk,
Bu dosen ,oh, iyya sudah
Alasan itu menjadi penguat rasa percaya dosenku pada diri ini, tanpa tolah toleh aku langsung menuju bangku yang paling belakang disitu aku duduk sendirian. Ketika aku duduk aku langsung mengeluh pada allah, “oh tuhan jangan sampai jadikan aku seperti ini terus , bangku depan yang kemaren adalah milikku kini menjadi milik orang lain”. Dengan rasa kaku hanya terdiam seorang diri sambil merenung, dan berkata dalam hati “aku masih belum kalah”
10 NOVEMBER 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H